Alasan Menko Airlangga Dorong Pengusaha Aceh Kembangkan Industri Berbasis Gas

Katadata/Rahayu Subekti
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Sorta Tobing
2/10/2024, 15.58 WIB

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendorong para pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Aceh untuk mengembangkan industri berbasis gas alam.  Langkah ini guna mendukung proyek pengembangan gas bumi di Blok Andaman, yang lokasinya di lepas pantai bagian utara Pulau Sumatera.  

"Usul saya, fokus saja mendukung proyek di Blok Andaman yang berada di Zona Bebas Perdagangan. Apakah mendirikan fasilitas fabrikasi atau usaha lainnya," ucap Airlangga di Menara Kadin, Jakarta, Rabu (2/10).

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas menargetkan Blok Andaman mulai berproduksi pada 2028. Ada dua temuan gas besar di Blok South Andaman dengan potensi lebih dari delapan miliar kaki kubik.

Sejalan dengan target itu, SKK Migas akan mengaktifkan kembali kilang gas alam cair atau LNG Arun di Aceh. Kilang ini berhenti beroperasi sejak 2015 karena menipisnya cadangan gas di wilayah tersebut.

Kilang Arun merupakan proyek LNG pertama di Indonesia. Lapangan gasnya mulai berproduksi pada 1970-an. Produksinya untuk memenuhi kebutuhan pabrik Pupuk Iskandar Muda, pembangkit listrik, dan ekspor LNG ke Jepang dan Korea. 

Selain mendukung industri berbasis migas, Airlangga mendorong Kadin Aceh untuk memanfaatkan wacana pembangunan Terusan Kra di Thailand. Sebab, terusan tersebut akan membuat Aceh memiliki posisi strategis sebagai hub logistik, seperti Singapura.

Terusan Kra rencananya membelah Thailand dengan sungai buatan sepanjang 102 kilometer. Terusan tersebut diperkirakan memangkas waktu perjalanan hingga 72 jam karena memotong jalur pelayaran sekitar 1.200 kilometer.

"Kalau Terusan Kra beroperasi, ujung baratnya adalah Aceh. Buat Aceh, Terusan Kra sangat menguntungkan. Jadi, Kadin Aceh harus ikut lobi ke Thailand," kata Airlangga.

Reporter: Andi M. Arief