Naik 1 Juta dalam 12 Hari, Kasus Positif Corona Tembus 2 Juta Orang

ANTARA FOTO/REUTERS/Jason Lee
Ilustrasi, anggota keamanan memakai masker menyebrangi jalan di Financial Street di pusat Beijing, Tiongkok, saat negeri tersebut sedang terjadi penularan virus korona baru, Senin (3/2/2020).
Penulis: Desy Setyowati
15/4/2020, 12.13 WIB

Jumlah kasus positif virus corona secara global nyaris mencapai dua juta orang. Jumlahnya bertambah satu juta atau meningkat dua kali lipat dalam kurun waktu 12 hari.

Berdasarkan data Worldometer, jumlah kasus positif Covid-19 mencapai 2.000.043 per Pukul 12.11 WIB. Sebanyak 126.753 di antaranya meninggal dunia dan 484.573 sembuh.

Dari jumlah tersebut, 1,39 juta orang masih dirawat di rumah sakit. Dengan 4% atau 51.603 orang di antaranya dalam kondisi kritis.

Padahal, angkanya baru menyentuh satu juta pada 3 April lalu. Ini artinya, jumlah kasus meningkat dua kali lipat dalam kurun waktu 12 hari, dibanding kenaikan satu juta sebelumnya yang butuh empat bulan.

(Baca: Positif Corona Dunia Tembus 1 Juta, Tiongkok Waspada Gelombang Kedua)

WHO sempat memperingatkan ledakan kasus positif virus corona pada awal April lalu. Mereka mengatakan, hampir seluruh negara telah terpapar Covid-19, sehingga penambahan kasusnya meningkat signifikan.

“Dalam lima minggu terakhir, kami telah menyaksikan pertumbuhan eksponensial dalam jumlah kasus baru di hampir setiap negara,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Gebreyesus, dikutip dari The Guardian, pekan lalu (9/4).

Amerika Serikat (AS) menempati urutan pertama dengan jumlah kasus positif virus corona terbanyak di dunia, 614.246 orang. Disusul oleh Spanyol 174.060, Italia 162.488, Prancis 143.303, Jerman 132.210, Inggris 93.873, dan Tiongkok 82.295.

(Baca: Kasus Corona Dunia Tembus 1,5 Juta, WHO Peringatkan Potensi Ledakan)

Dengan total kematian akibat Covid-19 di AS mencapai 26.064 orang. Sedangkan Spanyol 18.255, Italia 21.067, Prancis 15.729, Jerman 3.495, Inggris 12.107, dan Tiongkok 3.342 orang.

Angka kematian akibat virus corona di AS memang tinggi, karena memasukkan jumlah para korban yang diduga meninggal akibat penyakit paru-paru meski tidak pernah dites. “Angka kematian Covid-19 yang dikonfirmasi dan kemungkinan,” demikian laporan Departemen Kesehatan Kota New York, dikutip dari Reuters, Rabu (15/4).

Departemen Kesehatan New York City mengatakan, pemerintah juga menghitung kematian yang dianggap sebagai kemungkinan karena virus korona. “Kami fokus untuk memastikan bahwa setiap warga New York yang meninggal karena Covid-19 akan dihitung,” kata Komisaris Kesehatan Dr. Oxiris Barbot.

(Baca: Kasus Corona di Dunia Nyaris 2 Juta Orang, Naik Dua Kali dalam 11 Hari)

Kini, negara bagian New York dan beberapa daerah yang terpukul lainnya terus melaporkan penurunan tajam jumlah pasien positif virus corona. Namun, Presiden Rumah Sakit Mount Sinai New York David Reich mengatakan, ini masih menjadi masa yang sulit bagi staf dan tenaga medis.

Di satu sisi, Presiden AS Donald Trump berencana membuka kembali aktivitas ekonomi di negaranya. Hal ini karena penyebaran pandemi corona menurun. "Jadi saya tidak berpikir orang harus merayakan sebelum waktunya,” kata Reich melalui wawancara telepon.

(Baca: Terburuk sejak "Depresi Besar", IMF Ramal Ekonomi Tahun Ini Minus 3%)