Dana Moneter Internasional atau IMF menyebutkan terdapat 85 negara yang terindikasi membutuhkan pinjaman darurat menghadapi pandemi corona. IMF memastikan kapasitas pinjaman sebesar US$ 1 triliun dapat dipergunakan saat dibutuhkan oleh negara-negara anggota yang tengah memerangi Covid-19.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan telah memperoleh mandat dari komite untuk memperkuat respons krisis dalam menghadapi penyebaran virus tersebut. Salah satunya dengan meningkatkan akses negara anggota untuk memperoleh fasilitas pinjaman darurat.
"Sekarang sekitar 85 negara mengindikasikan mereka membutuhkan dukungan keuangan tersebut," ujar Georgiva saat pertemuan luar biasa para Menteri G20 dan Gubernur Bank Sentral melalui konferensi video, Selasa (31/3).
IMF akan membangun kapasitas untuk memberikan layanan pada negara-negara anggota yang masuk dalam kelompok termiskin. Lembaga multilateral ini juga akan memberikan bantuan kepada negara-negara yang kekurangan valuta asing, terutama untuk memenuhi likuiditas jangka pendek.
"Baru-baru ini Amerika Serikat menyepakati dua kesepakatan baru terkait pinjaman dan dewan eksekutif juga menyetujui putaran pinjaman bilateral untuk mengamankan kapasitas pinjaman IMF sebesar US$ 1 triliun," ujarnya.
(Baca: Pernyataan Lengkap Jokowi soal Perppu Penyelamatan Ekonomi dari Corona)
Kesepakatan baru ini sama dengan yang telah dilakukan IMF pada 2016, yakni memungkinkan negara-negara kaya untuk meminjamkan langsung ke negara-negara anggota yang membutuhkan. Perluasan fasilitas pinjaman ini dapat dilakukan mulai Desember 2020 hingga akhir 2023, dengan perpanjangan satu tahun hingga akhir 2024.
Dikutip dari Reuters, perjanjian pinjaman bilateral adalah garis pertahanan ketiga IMF. Dua lainnya yaitu operasi peminjaman utama dari sumber dana lembaga ini sebesar US$ 650 miliar dan pinjaman krisis multilateral atau New Arrangements to Borrow (NAB).
NAB saat ini memiliki kapasitas dana sekitar US$ 250 miliar, tetapi negara-negara anggota IMF sepakat tahun lalu untuk menggandakan jumlah ini menjadi US$ 500 miliar. Perjanjian pinjaman bilateral akan membentuk sisa dari kapasitas pinjaman IMF sebesar US$ 1 triliun.
(Baca: Bank Dunia Kucurkan Rp 2.560 T untuk Lindungi Warga Miskin dari Corona)
IMF mengatakan bahwa baik kerangka kerja bilateral baru maupun perluasan NAB akan berlaku pada 1 Januari 2021. Ini adalah langkah-langkah penting untuk memastikan bahwa IMF dapat mendukung anggotaannya menghadapi pandemi global yang sekarang sedang berlangsung.
Adapun dalam pertemuan G20, Georgieva juga mengapresiasi langkah-langkah stimulus yang ditempuh oleh seluruh negara ekonomi terbesar dunia itu. IMF memperkirakan bakal terjadi penurunan ekonomi global pada tahun ini, dengan tekanan besar pada pasar negara berkembang dan berpenghasilan rendah.
"Perkiraan kami akan ada pemulihan tahun depan, tetapi akan sangat bergantung bagaimana upaya mengatasi virus dan mengurangi ketidakpastian," katanya.