WHO Peringatkan Kekurangan Pasokan Alat Medis Hadapi Virus Corona

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Ilustrasi. Sejak virus corona menyebar, harga alat-alat pelindung diri melonjak. Harga masker bedah meningkat enam kali lipat.
Penulis: Agustiyanti
4/3/2020, 07.59 WIB

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO memperingatkan kekurangan global dan kenaikan harga sejumlah alat medis pelindung diri untuk mencegah penyebaran virus corona. Pemerintah dan industri diminta meningkatkan produksi sebesar 40% seiring jumlah kematian akibat covid-19 yang meningkat.

Kekurangan pasokan disebabkan oleh meningkatnya permintaan, pembelian panik, penimbunan, dan penyalagunaan. Ini dapat membuat dokter, perawat, dan pekerja di garis depan lainnya tidak siap untuk merawat pasien Covid-19 lantaran terbatasnya akses ke persediaan seperti sarung tangan, masker medis, pelindung mata, dan jubah.

"Industri dan pemerintah harus bertindak cepat untuk meningkatkan pasokan, mempermudah pembatasan ekspor, dan memberlakukan langkah-langkah untuk menghentikan spekulasi dan penimbunan. Kita tidak dapat menghentikan Covid-19 tanpa melindungi petugas kesehatan terlebih dahulu,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam siaran pers, dikutip Rabu (4/3).

(Baca: Fed Pangkas Bunga Tangkal Dampak Virus Corona, Wall Street Rontok)

Sejak virus corona menyebar, harga alat-alat pelindung diri melonjak. Harga masker bedah meningkat enam kali lipat, resiprator N 95 naik tiga kali lipat, dan jubah pelindung berlipat ganda.

Persediaan alat tersebut pun memakan waktu berbulan-bulan untuk pengiriman dan manipulasi pasar kian meluas dengan stok sering dijual kepada penawar tertinggi.

WHO sejauh ini telah mengirim hampir setengah juta set alat pelindung diri ke 47 negara, tetapi persediaan semakin menipis.

Berdasarkan pemodelan WHO, diperkirakan 89 juta masker medis diperlukan untuk merespons Covid-19 setiap bulan. Untuk sarung tangan pemeriksaan, angka itu mencapai 76 juta, sementara permintaan untuk pelindung mata mencapai 1,6 juta per bulan.

"Untuk memenuhi permintaan global yang meningkat, WHO memperkirakan bahwa industri harus meningkatkan manufaktur sebesar 40 persen," kata Ghebreyesus.

(Baca: Tangkal Dampak Corona, Pemerintah Siapkan Stimulus Ekspor Impor)

Pemerintah juga harus mengembangkan insentif bagi industri untuk meningkatkan produksi. Ini termasuk pelonggaran pembatasan ekspor dan distribusi peralatan pelindung pribadi dan persediaan medis lainnya.

Virus ini terus menyebar di Korea Selatan, Jepang, Eropa, Iran dan Amerika Serikat, dan beberapa negara melaporkan kasus pertama yang dikonfirmasi, membawa total ke sekitar 80 negara yang terkena penyakit mirip flu dapat dapat menyebabkan pneumonia.

Meski demikian, negara-negara dengan kasus covid-19 mencatatkan pasien yang sembuh lebih banyak dibandingkan korban meninggal, terlihat dalam databoks di bawah ini.