Erupsi Gunung Taal, gunung berapi teraktif kedua di Filipina, disertai dengan munculnya petir. Salah satu rekaman video amatir yang beredar di media sosial membuat warganet bertanya-tanya mengenai fenomena tersebut.
Pengguna Twitter bernama Dinda @aingprincess mengunggah video yang menggambarkan sambaran petir yang sambung-menyambung di tengah letusan awan vulkanik Gunung Taal. Cuitan tersebut telah di-retweet sebanyak 2.200 kali dan disukai sebanyak 3.800 pengguna Twitter.
Video asli berasal dari akun @Idris1M dari pengguna Twitter bernama Mohammed I. Ali, seorang fotografer, pembuat film, dan pendiri Albay Studios yang berbasis di San Juan, Calabarzon, Filipina. Video diunggah sekitar sepuluh jam yang lalu. Melalui akun Twitternya, Mohammed juga mengunggah beberapa foto yang menunjukkan dahsyatnya erupsi Gunung Taal.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui akun Twitternya @infoBMKG memberikan penjelasan ilmiah mengenai fenomena ini. Menurut BMKG, terjadinya petir pada saat erupsi gunung berapi tidak berbeda dengan mekanisme petir biasa. Hanya saja, awan cumulonimbus yang biasanya menjadi "sarang" petir digantikan oleh awan kepulan uap air, abu, debu, dan partikel vulkanik lainnya yang menyembur ke angkasa secara masif.
(Baca: Gunung Taal Erupsi, Bandara Internasional Manila Lumpuh)
Teori Terjadinya Petir Vulkanik
BMKG menyebut ada beberapa teori tentang terjadinya petir vulkanik. Pertama, sebagian besar atom yang pada awalnya netral bertumbukan dengan banyak energi bebas disertai suhu sekitar 1.500 derajat Kelvin atau 1.226,8 derajat Celcius. Hal ini menimbulkan energi yang cukup besar untuk melemparkan elektron yang terikat lemah pada beberapa atom. Pada saat yang sama, ada atom-atom yang ingin mengambil elektron yang terlepas tersebut.
"Peristiwa itu menciptakan sejumlah besar ion positif dan ion negatif. Proses selanjutnya adalah muatan ion negatif dan positif tersebut terpisah," cuit BMKG, Senin (13/1). Ketika ion-ion terpisah dengan jarak yang cukup, muncul perbedaan potensial listrik yang menyebabkan sambaran petir.
Teori kedua menyebutkan, ketika gunung berapi meletus, gunung berapi mengeluarkan partikel abu panas, uap, dan gas. Partikel mula-mula netral kemudian bertabrakan satu sama lain sehingga mentransfer muatannya dan berubah menjadi massa positif atau negatif. Ketika partikel debu vulkanik bertabrakan satu sama lain, terjadi ionisasi pemisahan muatan dengan proses aerodynamic sorting.
"Pemisahan muatan positif dan negatif terjadi melalui awan vulkanik yang menyebabkan awan tersebut bermuatan positif di salah satu ujungnya dan negatif di ujung yang lain," kata BMKG. Pemisahan ini berlanjut sampai melewati batas dan listrik mulai mengalir di antara kedua muatan yang berbeda, sehingga menyebabkan terjadinya petir saat letusan gunung berapi.
(Baca: Kaleidoskop 2019 dan Empat Jenis Bencana yang Mengancam pada 2020)
Ada pula teori lain yang berpendapat bahwa partikel yang lebih besar mungkin memiliki muatan positif sedangkan partikel yang lebih kecil memiliki muatan negatif. Partikel yang besar jatuh lebih cepat sehingga memungkinkan terjadinya pemisahan yang diperlukan untuk menghasilkan petir.
Menurut penelitian, aktivitas erupsi gunung berapi bukan pemicu langsung terjadinya petir. Meskipun tidak terjadi erupsi utama, bukan berarti kejadian petir memiliki kuantitas yang paling besar.
Erupsi Gunung Taal ini merupakan erupsi pertama setelah beberapa dekade terakhir. Sekitar enam ribu warga setempat telah dievakuasi dari wilayah Gunung Taal. Status gunung berapi tersebut memasuki level empat, yang menunjukkan level berbahaya bagi warga di radius 8 km, karena erupsi yang mengandung lava bisa terjadi dalam hitungan jam atau hari.
(Baca: Gunung Merapi Erupsi, Hujan Abu Melanda 2 Desa di Magelang)