Mengenal Sosok Sanna Marin, Perdana Menteri Termuda di Dunia

TWITTER @MarinSanna
Sanna Marin akan dilantik menjadi Perdana Menteri Finlandia pada Selasa (17/12). Ia merupakan perdana menteri termuda di dunia dengan usia 34 tahun.
Penulis: Hari Widowati
10/12/2019, 17.38 WIB

Marin mengatakan, ia menerima pesan pendek dari nomor tak dikenal yang mengancam akan menabraknya dengan mobil. "Saya sadar penundaan UU mengenai kendaraan ringan mengecewakan banyak pihak, tetapi saya tidak habis pikir bisa menerima ancaman pembunuhan hanya karena isu tersebut," kata Marin melalui akun Twitternya. Kasus ini sudah ditangani oleh Biro Intelijen Finlandia (Supo) dan Kepolisian Helsinki.

(Baca: Jadi Mendikbud, Nadiem Makarim Masuk 100 Tokoh Masa Depan versi TIME)

Usulkan Empat Hari Kerja dalam Seminggu

Dalam peringatan ulang tahun Partai Sosial Demokrat ke-120 pada Agustus lalu, Marin mengusulkan empat hari kerja bagi para pekerja di Finlandia. Ia menilai, hari kerja yang lebih pendek justru akan meningkatkan produktivitas pekerja.

"Bekerja empat hari dalam seminggu, enam jam sehari. Saya percaya masyarakat berhak meluangkan waktu lebih banyak untuk keluarganya, orang-orang yang dicintai, hobi, dan aspek-aspek lain dari kehidupan, seperti budaya," kata Marin seperti dikutip Helsinki Times. Ia berharap usulan tersebut dapat terwujud dalam waktu dekat.

Saat ini, rata-rata pekerja di Finlandia bekerja lima hari dalam sepekan, delapan jam sehari. Aliansi Kiri pernah mengusulkan agar enam jam kerja dalam sehari diterapkan di Finlandia.

Usulan Marin ini ditolak oleh kelompok oposisi. Arto Satonen dari Partai Koalisi Nasional mengutip hasil penelitian Institut Riset Perekonomian Finlandia (ETLA) yang mengidentifikasi perpanjangan jam kerja sebagai indikator yang paling efektif untuk mempromosikan daya saing dalam beberapa tahun terakhir.

Laporan ETLA yang dirilis awal Agustus 2019 menyebutkan, penambahan jam kerja sebanyak 24 jam sepekan berkontribusi terhadap naiknya daya saing para pekerja. Penyesuaian jam kerja juga mendorong lapangan kerja dan daya saing, serta mengurangi biaya buruh. "Delapan jam kerja dalam sehari dan 40 jam kerja dalam sepekan merupakan ide bagus yang diketahui sejak lama," kata Satonen.

Jika upah buruh tidak diturunkan seiring pengurangan jam kerja, biaya tenaga kerja yang harus dibayar para pengusaha akan menjadi lebih tinggi. Sebaliknya jika jam kerja dikurangi tetapi upah pekerja diturunkan, pekerja juga tidak akan mau. Jadi, usulan Marin dinilai sulit diterapkan.

(Baca: Jokowi Dinobatkan Sebagai Asia of The Year oleh The Straits Times)

Halaman: