Investasi di Uber dan WeWork Sebabkan Softbank Menderita Kerugian

123RF.com/Tupungato
Pejalan kaki melintas di salah satu gedung Softbank di Jepang. Softbank mencatat kerugian yang disebabkan investasi di startup transportasi.
9/11/2019, 15.21 WIB

Menurut salah satu pialang Amerika Serikat, meningkatnya persaingan dalam jasa transportasi online membuat keadaan semakin sulit bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Ditambah adanya kekhawatiran pasar. Saham saingan Uber, Lyft, juga jatuh dan membawa e-retailer Jepang, Rakuten, mencatat kerugian.

Selain itu, investasi real estate Vision Fund turut mengalami kerugian sebesar US$ 1,5 miliar atau setara Rp 21 triliun pada akhir September, terutama karena kegagalan WeWork. Tetapi pengeluaran di sektor ini kurang dari sepertiga investasi transportasi dan logistik, di mana hal ini membatasi dampak real estate pada kinerja keuangan secara keseluruhan.

Biarpun begitu, layanan konsumen menjadi angin segar bagi Vision Fund. Keuntungan besar datang dari startup hotel India, Oyo Hotels & Homes, yang sekarang mengoperasikan 1,2 juta kamar di seluruh dunia.

Tetapi beberapa franchisee di India mengeluhkan perusahaan yang menaikkan biaya secara tidak adil. Otoritas antimonopoli India pun mulai penyelidikan pada akhir Oktober 2019.

Sementara itu, pemilik TikTok Beijing ByteDance Technology yang mengincar penawaran umum perdana justru mendapat kritik dari pemerintah AS mengenai data pribadi. Sehingga masa depannya suram. Perusahaan tersebut juga didukung oleh pendanaan SoftBank.

(Baca: Mantan Bos Softbank Luncurkan Startup Pembayaran Imagine)

Halaman: