Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping akan bertemu di sela-sela forum G20 di Osaka, Jepang pada 28-29 Juni. Pertemuan tersebut membuka peluang berlanjutnya negosiasi dagang yang sempat terhenti antarkedua negara.
Trump mengabarkan kepastian pertemuan tersebut melalui akun Twitter resminya @realDonaldTrump. Ia mengatakan telah berkomunikasi melalui telepon dengan Xi. “Kami akan mengadakan pertemuan lanjutan minggu depan di G-20 Jepang. Tim kami akan memulai pembicaraan sebelum pertemuan kami," tulis dia, Selasa (18/6).
(Baca: Perundingan Dagang AS-Tiongkok Berlanjut, IHSG Kembali ke Level 6.300)
Xi mengonfirmasi rencana pertemuan tersebut. Xi berharap, AS memperlakukan perusahaan Tiongkok secara adil. Xinhua News Agency melaporkan, Trump memprakarsai panggilan telepon dengan Xi. Nantinya, tim ekonomi dan perdagangan kedua negara akan berkomunikasi tentang penyelesaian perbedaan sikap.
Kedua negara sempat melakukan negosiasi dagang selama berbulan-bulan sebelum terhenti lantaran para pejabat AS menuduh Tiongkok mundur dari komitmen yang telah disepakati. Sejak itu, interaksi antarpejabat kedua negara menjadi terbatas. Trump pun mengancam akan mengenakan tarif yang lebih tinggi atas produk Tiongkok.
(Baca: Pengamat Nilai Perang Dagang AS-India Tidak Berdampak Bagi Indonesia)
Ekonom di ING Bank N.V. di Hong Kong Iris Pang ragu jika pertemuan ini bakal menghasilkan kesepakatan. “Sulit untuk memberikan kemungkinan kemajuan konkret yang akan mengarah pada kesepakatan atau memperbaiki situasi kebuntuan saat ini,” kata dia.
Meski begitu, pelaku pasar menanggapi positif rencana pertemuan tersebut. Hal itu ditunjukan dari kenaikan indeks di bursa saham AS. S&P 500 naik hampir 1%, sedangkan Nasdaq dan Dow Jones Industrial Average naik masing-masing hampir 1,4%.
Perang dagang AS dan Tiongkok terjadi seiring belum adanya kesepakatan dagang yang dianggap adil oleh kedua negara. Pemerintah AS telah mengenakan tarif 25% atas produk Tiongkok mulai dari semi-konduktor hingga furnitur yang bernilai US$ 250 miliar. Trump juga mengancam untuk mengenakan tarif impor produk lain senilai US$ 325 miliar.
(Baca: Industri Alat Militer AS Hadapi Risiko Pembatasan Rare Earth Tiongkok)
Selain itu, Trump memasukkan produsen ponsel terbesar kedua dunia asal Tongkok, Huawei, dalam daftar hitam (blacklist). Huawei dituding melakukan spionase. Imbasnya, perusahaan AS dilarang melakukan kerja sama dagang dengan perusahaan tersebut.