Perang Perdana Trump, Amerika Luncurkan 50 Rudal ke Suriah

REUTERS/Lucas Jackson/ANTARA FOTO
7/4/2017, 13.05 WIB

Pemerintah Suriah membantah telah meluncurkan senjata kimia dari udara. Sementara itu, Rusia mengatakan gas beracun tersebut disebabkan oleh serangan udara dengan menggunakan senjata pemberontak yang mengenai gudang persenjataan kimia.

(Baca: "Main Belakang" dengan Rusia, Penasihat Keamanan Trump Mundur)

Namun, Amerika Serikat dan sekutunya tidak mempercayai argumen Suriah maupun Rusia.  Suriah pun hanya menyetujui adanya investigasi dari PBB atas insiden tersebut, dengan syarat tertentu.

Sementara itu, Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Vladimir Safronkov memperingatkan dampak negatif yang akan muncul jika Amerika Serikat melancarkan serangan militer terhadap Suriah. (Baca: Mayoritas Direktur Keuangan di AS Ingin Trump Setop 'Berkicau')

Perang sipil di Suriah terjadi sejak 2011. Ketika itu, demonstran pro-demokrasi melakukan penyisiran di negara tersebut menyusul kebangkitan negara-negara Arab. Para pengunjuk rasa pun melakukan perlawanan terhadap pemerintah, hingga akhirnya aksi berubah menjadi kerusuhan.

Sebetulnya, kelompok pemberontak lah, termasuk para pembelot militer Suriah, yang merencanakan perlawanan terhadap rezim Assad.

Situasi semakin rumit dengan kehadiran ISIS sebagai kelompok teroris di Suriah. Amerika dan para sekutunya melakukan perlawanan terhadap ISIS melalui serangan-serangan terhadap kelompok tersebut dan Al-Qaeda.

Halaman: