Hubungan Merenggang, Trump Tolak Renegosasi Dagang dengan Tiongkok

ANTARA FOTO/REUTERS/Tom Brenner/pras/cf
Presiden Amerika Serikat Donald Trump press conference. Trump menolak melakulam negosiasi ulang perjanjian dagang fase pertama dengan Tiongkok.
Penulis: Ekarina
12/5/2020, 16.13 WIB

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menolak melakukan negosiasi ulang perjanjian dagang fase pertama dengan Tiongkok.  Pihak AS ingin melihat apakah Tiongkok akan mematuhi kesepakatan tahap pertama yang mereka teken pada  Januari 2020.

Melansir Fox News, Presiden Trump menegaskan tidak akan melakukan negosiasi apa pun dari perjanjian perdagangan fase pertama dengan Tiongkok.

Pernyaataan ini diungkapkan setelah beberapa laporan dari Beijing menyebutkan, pemerintah Negeri Panda mendesak pembicaraan baru dan atau membatalkan perjanjian yang sedang berjalan saat ini.

(Baca: Trump Ancam Tak Bayar Utang ke Tiongkok, Apa Akibatnya?)

"Saya tidak tertarik. Kami menandatangani perjanjian," kata Trump saat pengarahan singkat tentang virus korona pada hari Senin menanggapi pertanyaan seorang wartawan. 

Mari kita lihat apakah mereka memenuhi kesepakatan yang mereka tandatangani," tambahnya.

Trump menegaskan Tiongkok telah mengambil banyak keuntungan dari Amerika Serikat selama bertahun-tahun. 

Tidak harmonisnya hubungan kedua negara ini sempat disinggung Trump Jumat (8/5) lalu. Trump menyebut sedang mengalami masa sulit dengan Tiongkok dalam hal perdagangan, setelah pejabat kedua negara melakukan pembicaraan telepon malam sebelumnya. 

Wakil Perdana Menteri  Tiongkok Liu He, Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer membahas masalah ekonomi dan perdagangan pada Kamis (7/5).

Tetapi Trump mengatakan kepada Fox, sehari setelahnya bahwa belum ada kemajuan baru dari pembahasan tersebut.

(Baca: Perang Dagang AS-Tiongkok Kembali Memanas, Harga Minyak Anjlok Lagi)

Perjanjian dagang fase satu  pertama kali dilaporkan pada 12 Desember, antara lain berisi komitmen Beijing untuk menghentikan pencurian kekayaan intelektual. Tiongkok juga berjanji untuk tidak melakukan devaluasi mata uang secara kompetitif, bekerja sama dalam layanan keuangan dan membeli produk tambahan  AS selama dua tahun ke depan senilai US$ 200 miliar .

Pembelian tersebut mencakup US$ 50 miliar komoditas pertanian AS. Tiongkok juga sepakat untuk melakukan transaksi US$ 40 miliar di bidang jasa dan US$ 50 produk energi dan pemberlian produk industri AS senilai US$ 75 miliar hingga US$ 80 miliar.

Sebagai imbalannya, AS akan mengurangi tarif pada beberapa produk di Tiongkok senilai US$ 375 miliar.