Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau CDC Amerika Serikat (AS) menyatakan periode karantina bisa diperpendek hingga tujuh hari jika hasil tes negatif Covid-19. Jika tidak melakukan tes, masa karantina bisa berlangsung selama 10 hari bagi pasien yang tak menunjukkan gejala.
Meski begitu, CDC tetap merekomendasikan periode karantina 14 hari bagi mereka yang terpapar Covid-19 sebagai cara terbaik untuk mengurangi penyebarannya. Pasien juga tetap harus memperhatikan gejala selama 14 hari.
Adapun alasan CDC mengurangi masa karantina dapat mengurangi kesulitan ekonomi karena tidak bisa bekerja saat karantina. Hal itu juga diharapkan dapat mendorong masyarakat patuh terhadap protokol kesehatan.
Seorang pejabat tinggi kesehatan AS pada pekan lalu mengatakan orang-orang mungkin mematuhi periode karantina yang lebih pendek. Meskipun itu berarti beberapa infeksi mungkin terlewat.
“Saya pikir ini merupakan langkah yang tepat berdasarkan data epidemiologi, dan mengingat kesulitan yang dihadapi orang-orang selama karantina 14 hari,” kata Amesh Adalja yang merupakan lulusan dari Johns Hopkins Center for Health Security dilansir dari Reuters pada Kamis (3/12).
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah merekomendasikan periode 14 hari untuk karantina. Hal itu berdasarkan studi yang menunjukkan bahwa orang biasanya mulai menunjukkan gejala penyakit dalam lima hari setelah terpapar.
Namun, CDC sebelumnya mengatakan 40% hingga 50% orang dengan Covid-19 tidak menunjukkan gejala. CDC memperbarui definisinya tentang apa yang merupakan kontak dekat pada Oktober 2020 dengan memasukkan kontak fisik langsung, berbagi peralatan makanan, atau paparan 15 menit dengan jarak enam kaki (1,83 m) atau lebih dekat dengan orang yang terinfeksi.
“Agensi seperti kami harus memiliki keberanian untuk berubah ketika kami memiliki data yang menyatakan bahwa kami perlu berubah. Karantina selama 14 hari berdampak pada produktivitas," ujar Direktur CDC Robert Redfield mengatakan kepada Kamar Dagang AS.
Di sisi lain, masyarakat perlu terus wasapada terhadap Covid-19. Pasalnya, penyakit itu memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi. Jika virus itu menyerang orang dengan penyakit penyerta (komorbid), akibatnya pun bisa sangat fatal.
Oleh karena itu, dokter dan para ahli menganjurkan untuk terus disiplin menjalankan protokol 3M, yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Bahkan perubahan prilaku itu tetap harus dijalankan meski telah ada vaksin Covid-19.
"Bagi masyarakat jangan pernah abai, karena cepat atau lambat anda akan menjadi penderita Covid-19 jika lengah dalam memproteksi diri, lingkungan ataupun keluarga anda," ujar Juru Bicara Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito dalam konferensi pers virtual pada Selasa (1/12).
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan