Muncul Desakan Pemakzulan Trump karena Picu Kerusuhan di Capitol

ANTARA FOTO/REUTERS/Tom Brenner/File Photo/AWW/dj
Presiden AS Donald Trump berbicara saat reli kampanye di Bandara Cecil di Jacksonville, Florida, Amerika Serikat, 24 September 2020.
Penulis: Happy Fajrian
7/1/2021, 12.40 WIB

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump masih memiliki waktu 14 hari sebelum masa jabatannya berakhir pada 20 Januari 2021. Namun masa jabatannya bisa lebih cepat berakhir setelah muncul desakan dari para anggota legislatif AS, utamanya dari Partai Demokrat, untuk memakzulkannya (impeachment).

Pidato Donald Trump pada hari di mana Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat (House of Representatives) akan mengesahkan hasil electoral college pemilu pada Rabu (6/1) dianggap memicu kerusuhan di Gedung Capitol.

Beberapa anggota legislatif AS yang menyatakan akan memakzulkan Trump di antaranya Anggota Perwakilan (Representatives/Rep) Ilhan Omar, Rep. Seth Moulton, Rep. Charlie Crist, Rep. David Cicillne, Rep. Mark Takano, dan Rep. Ayanna Pressley, seluruhnya dari partai Demokrat.

Ilhan Omar, perwakilan dari Minnesota, mengatakan bahwa Trump tidak dapat dibiarkan menjabat sebagai presiden lebih lama lagi dan mulai menyiapkan dokumen pemakzulan. “Ini masalah mempertahankan republik ini dan menjaga sumpah kami,” ujarnya melalui Twitter @IlhanMN, seperti dikutip abcNews.

Senada, Rep. Seth Moulton dari Massachusetts mengatakan bahwa Trump bertanggung jawab atas kerusuhan yang terjadi di Gedung Capitol, tempat DPR dan Senat AS mengadakan rapat untuk mengesahkan kemenangan Joe Biden dan Kamala Harris.

“Dia harus dilengserkan secepat mungkin dan menjadi kewajiban Wakil Presiden Mike Pence untuk mengambil alih kekuasaan berdasarkan amendemen ke 25 (25th amendment),” kata Moulton melalui Twitter @sethmoulton. “Atau kongres secepatnya memakzulkan presiden demi keamanan negara kita”.

Sementara itu Rep. David Cicilline dari Rhode Island, Rep. Mark Takano dari California, juga sepakat bahwa bahwa Trump bertanggung jawab atas kerusuhan di Gedung Capitol dan harus segera dimakzulkan.

“Trump mendorong dan memicu kekerasan yang kita lihat di Gedung Capitol hari ini, di saat Kongres melaksanakan proses paling mendasar dari transisi kekuasaan yang damai,” ujarnya melalui @RepMarkTakano.

Bahkan Takano mengatakan Trump seharusnya tidak boleh lagi memegang jabatan federal lagi di masa mendatang. “Dia berbahaya dan tindakannya tidak dapat diterima,” cuit Rep. Ayanna Pressley dari Massachusetts, melalui @AyannaPressley.

Bahkan Senator Mitt Romney yang dari partai Republik juga menyatakan bahwa kerusuhan di Gedung Capitol dipicu oleh Presiden AS. “Apa yang terjadi di sini hari ini adalah pemberontakan, yang dihasut oleh Presiden Amerika Serikat,” kata dia seperti dikutip TheNation.

Memicu pemberontakan dianggap sebagai kejahtan berat di AS. Konstitusi secara jelas menyatakan bahwa, "Presiden, Wakil Presiden, dan semua Pejabat sipil AS, akan diberhentikan dan dimakzulkan dari jabatannya atas pengkhianatan, suap, atau kejahatan dan pelanggaran berat lainnya".

USA-ELECTION/PROTESTS (ANTARA FOTO/REUTERS/Jim Urquhar/AWW/dj)

Isi Pidato Trump yang Memicu Kerusuhan

Kerusuhan di Gedung Capitol pada Rabu kemarin dipicu pidato Trump di luar Gedung Putih. Dia mengatakan bahwa, “inilah yang akan terjadi ketika kemenangan telak(nya) di pemilu yang sakral dilucuti dengan kejam”.

Sebelumnya, pada 20 Desember 2020, Trump telah mengajak para pendukungnya untuk melakukan protes besar-besaran pada 6 Januari 2021 untuk mendesak senat dan DPR AS mengesahkan kemenangan Biden-Harris.

“Protes besar di (Washington) DC pada 6 Januari, datanglah, (ini) akan menjadi liar,” cuitnya melalui @realdonaldtrump. Setelah itu Trump masih menyampaikan klaim-klaim tidak berdasar dan tanpa bukti bahwa partai Demokrat melakukan kecurangan pada pemilu.

Ribuan pendukung Trump pun datang pada tanggal tersebut dan mendengar ajakan sang Presiden untuk berbaris ke Gedung Capitol untuk mengekspresikan kemarahan mereka atas (klaim) ketidakberesan pemilu. Mereka juga mendesak anggota partai Republik yang duduk di senat dan DPR untuk menolak mengesahkan hasil pemilu.

“Kita akan berjalan ke Capitol dan kita akan mendukung senator dan anggota kongres kita yang berani. Untuk melawan, kita tidak akan pernah menyerah, kita tidak akan mengaku kalah,” kata Trump dalam pidatonya di depan Gedung Putih.

Dia pun menyatakan kemenangan partai republik atas cacat pemilu sebagai “ledakan omong kosong”. Massa pendukung Trump mulai menyerbu Gedung Capitol sebelum pidato tersebut berakhir dan memicu kerusuhan di sana.

Anggota Parlemen dan Senat yang semula dijadwalkan menggelar sidang pengukuhan kemenangan Joe Biden dalam pemilu AS terpaksa dievakuasi.

Ketika kerusuhan pecah di Gedung Capitol, Trump cenderung diam dan tidak membuat pernyataan apapun melalui akun Twitternya. Baru setelah presiden terpilih AS Joe Biden mengungkapkan kekecewaannya atas kerusuhan yang terjadi, Trump mencuitkan seruan damai kepada para pendukungnya.

"Saya minta semua orang di Gedung Capitol untuk tetap damai. Tidak ada kekerasan. Ingat, Kita adalah partai yang mematuhi hukum dan ketertiban," cuitnya. Ia juga membagikan video melalui Twitternya. "Saya tahu rasa sakit Anda. Saya mengerti kepedihan Anda," kata Trump.

Lagi-lagi, ia mengatakan pemilu telah dicurangi. "Semua orang tahu itu, khususnya pihak seberang. Namun, Anda harus pulang sekarang." Twitter menandai video Trump itu sebagai pernyataan dengan risiko kekerasan.