Jadi Klaster Covid-19, Singapura Tutup Bandara Changi Selama 2 Minggu
Otoritas Singapura menutup gedung terminal penumpang dan komplek pertokoan Jewel Changi di Bandara Changi selama 14 hari, mulai 13 Mei hingga 26 Mei 2021. Penutupan dilakukan pasca munculnya klaster penyebaran Covid-19 di terminal 3 bandara, dengan total 78 kasus positif yang diduga berasal dari klaster ini.
Meski demikian akses ke bandara tidak ditutup sepenuhnya. Petugas bandara dan penumpang yang memiliki tiket masih bisa mengakses gedung terminal. Perjalanan udara masih tetap terbuka selama periode penutupan. Sebaliknya komplek pertokoan di dalam bandara, Jewel Changi, akan ditutup 100%.
Dilansir dari South China Morning Post, penutupan sementara bandara dan pembatasan masuk ke gedung terminal dilakukan karena Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS) dan Changi Airport Group (CAG) akan mengetes Covid-19 seluruh pekerja di bandara.
“Ini untuk mendeteksi, mengisolasi, dan menangani potensi kasus Covid-19 dengan cepat di komunitas bandara,” tulis pernyataan kedua otoritas Singapura, dikutip dari South China Morning Post pada Selasa (18/5).
Kasus pertama di Bandara Changi terdeteksi pada 5 Mei 2021 pada seorang petugas kebersihan berusia 88 tahun yang bekerja di terminal 3. Setelah itu, 12 petugas kebersihan lainnya juga terdeteksi positif Covid-19, dengan enam diantaranya terpapar varian B.1.617.
Penyebaran terus berlanjut hingga ke 21 petugas bandara lainnya, meskipun 16 orang di antaranya sudah divaksinasi Covid-19. Empat petugas imigrasi juga ikut terpapar meski sudah divaksin.
Penyebaran semakin meluas dengan ditemukannya 22 pengunjung bandara dan keluarga petugas bandara yang positif. Oleh karena itu, otoritas bandara Changi memutuskan untuk menutup sementara bandara dan melarang makan di restoran. Aturan tidak boleh makan di tempat berlaku dari 16 Mei hingga 13 Juni 2021.
Profesor Teo Yik Ying, dekan Sekolah Kesehatan Masyarakat Saw Swee Hock Universitas Nasional Singapura mengatakan bahwa hal yang paling mencolok tentang kelompok ini adalah seberapa cepat virus menyebar.
"Kami telah melihat tidak hanya dua generasi penyebaran, tetapi hingga tiga dan bahkan empat generasi yang terjadi dalam waktu kurang dari dua minggu," ujarnya.
Sementara dilansir dari The Straits Times, Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung pada Jumat (14/5) mengatakan bahwa para pekerja terinfeksi Covid-19 dari penumpang yang berasal dari negara-negara berisiko tinggi. "Mereka melewati area imigrasi yang banyak dilalui penumpang dan petugas bandara," ujarnya.
Pekerja yang bertanggung jawab atas area ini kemudian pergi untuk makan di area komersial terminal 3 lantai bawah tanah 2 dan food court, di mana mereka kemungkinan besar telah menularkan virus ke masyarakat yang lebih luas.
Teo Yik Ying mengatakan, area dengan orang lebih banyak berkumpul, seperti pos pemeriksaan imigrasi dan area pengambilan bagasi, adalah tempat risiko penularan dan bisa lebih tinggi. Faktanya adalah bahwa area tersebut berada di dalam ruangan dan ber-AC, sehingga udaranya lebih sejuk dan tidak terlalu lembab.
“Sehingga menciptakan lingkungan yang memungkinkan virus corona bertahan lebih lama, apakah itu sebagai tetesan, aerosol, atau di permukaan,” sebut dia.
Kasus-kasus terbaru menunjukkan bahwa meski vaksinasi tidak sepenuhnya mencegah seseorang untuk terinfeksi, vaksinasi dapat mengurangi kemungkinan infeksi dan mencegah timbulnya penyakit yang serius.
“Oleh karena itu, memvaksinasi pekerja garis depan di semua pos pemeriksaan perbatasan Singapura penting, karena mereka akan selalu berhubungan dengan orang-orang yang datang dari luar negeri,” kata Teo.