WHO Peringatkan Bahaya Virus Marburg, Apa Gejalanya?

ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
Ilustrasi. WHO peringatkan bahaya virus Marburg yang berasal dari kelelawar.
Penulis: Sorta Tobing
12/8/2021, 15.45 WIB

Penggunaan obat Remdesivir dan Favipiravir disebut akan diuji untuk pengobatan virus ini. Sebelumnya, kedua obat tersebut telah digunakan dalam studi klinis untuk penyakit virus Ebola (EVD).

Pada Mei 2020, Badan Kesehatan Eropa (EMA) memberikan izin pemasaran kepada vaksin Zabdeno (Ad26.ZEBOV) dan Mvabea (MVA-BN-Filo) terhadap EVD. Vaksin itu disebut berpotensi melindungi manusia terhadap MVD, tetapi belum terbukti secara klinis.

Risiko Kematian yang Besar

Virus yang dibawa oleh kelelawar ini memiliki tingkat fatalitas kasus hingga 88%. Menurut WHO, rata-rata tingkat kematian kasus akibat virus Marburg sekitar 50%. Pada wabah sebelumnya, tingkat kematian kasus bervariasi, dari 24% hingga 88%.

“Tingkat kematian bergantung pada jenis virus dan manajemen kasus. Tetapi bisa jauh lebih rendah dengan perawatan pasien yang baik,” kata WHO.

Mengutip AFP, WHO mengumumkan adanya potensi virus Marburg menyebar lebih luas. “Kita harus menghentikannya,” kata Direktur Regional WHO Afrika dokter Matsihidiso Moeti, Selasa lalu.

Penemuan ini kasus kematian terjadi sekitar dua bulan setelah WHO mengumumkan berakhirnya wabah Ebola gelombang kedua di Guinea. Sebagai informasi, Ebola kembali mewabah pada 2020 lalu dan menewaskan 12 nyawa.

Sementara itu, para pejabat WHO di kantor pusat berpendapat, penyakit virus Marburg adalah ancaman tinggi tingkat nasional dan regional. Tapi, penyebarannya secara global rendah.

Seperti Apa Penularan Virus Marburg?

Awalnya, infeksi virus Marburg pada manusia terjadi akibat kontak yang terlalu lama dengan tambang atau gua, yang dihuni oleh koloni kelelawar Rousettus.

Marburg menyebar melalui penularan dari manusia ke manusia melalui kontak langsung. Kontak dengan cairan tubuh orang terinfeksi, juga permukaan dan bahan yang terkontaminasi.

Pada wabah 1967, petugas kesehatan yang merawat pasien seringkali ikut terinfeksi. Pencegahan dan pengendalian infeksi perlu dilakukan secara ketat. Bahkan, kontak langsung dengan tubuh pasien meninggal juga dapat berkontribusi dalam transmisi virus ini.

Menurut WHO, pasien terinfeksi tetap dapat menularkan virus, selama darah mereka masih mengandung virus. Virus Marburg diketahui bertahan di tempat yang memiliki kekebalan khusus. Di antaranya termasuk pada testis dan bagian dalam mata.

Penyumbang bahan: Alfida Febrianna (magang)

Halaman: