Akui Taliban, Tiongkok Siap Jalin Kerja Sama Ekonomi hingga Keamanan
Tiongkok meminta masyarakat internasional untuk mendukung proses transisi di Afghanistan, seiring kembali berkuasanya kelompok Taliban yang membuat negara itu diselimuti kekacauan selama sepekan terakhir.
“Masyarakat internasional harus mendorong dan membimbing Afghanistan ke arah yang positif yang akan kondusif untuk menstabilkan situasi, alih-alih memberi lebih banyak tekanan,” ujar Penasihat Negara dan Menteri luar Negeri Tiongkok, Wang Yi, seperti dikutip Reuters, Sabtu (21/8).
Wang juga meminta agar masyarakat internasional tidak menggunakan Afghanistan sebagai arena pertempuran geopolitik dan menghormati kemerdekaan negara itu dan rakyatnya.
Negeri Panda memang belum secara resmi mengakui Taliban sebagai penguasa baru Afghanistan, namun akhir bulan Juli lalu, Wang mengundang pemimpin kantor politik Taliban, Mullah Baradar, dan delapan delegasi lainnya, ke Tianjin.
Juru bicara Taliban, Mohammad Naeem mengatakan bahwa pertemuan di Tianjin pada 28 Juli itu membicarakan soal proses perdamanan di Afghanistan, isu keamanan kedua negara, dan sejumlah isu lainnya.
“Politik, ekonomi dan isu yang terkait keamanan kedua negara dan kondisi terkini Afghanistan didiskusikan pada pertemuan,” kata Mohammad Naeem melalui media sosial Twitter.
Sementara itu Wang mengatakan Taliban memainkan peran penting dalam proses perdamaian dan rekonstruksi Afghanistan.“Saya berharap Taliban bisa menindak gerakan Islam Turkestan Timur yang merupakan ancaman langsung terhadap keamanan nasional Tiongkok,” kata Wang.
Setelah pertemuan itu, Tiongkok menyatakan harapan kepemimpinan Taliban akan membuat Afghanistan bersatu dengan berbagai partai politik dan kelompok etnis untuk membentuk struktur politik yang luas dan inklusif.
Pengamat senior dari German Marshall Fund of the United States, Andrew Small, mengatakan Tiongkok akan menganggap Taliban sebagai penguasa yang sah. “Pada akhirnya, Tiongkok akan mengakui pemerintah yang dipimpin Taliban,” ujar Andrew, dilansir dari VOA.
Sementara itu, juru bicara Taliban, Suhail Shaheen, mengatakan mempersilakan Tiongkok untuk turut berkontribusi membangun Afghanistan. “Tiongkok adalah negara besar dengan ekonomi dan kapasitas besar, mereka akan berperan besar dalam rehabilitasi dan rekonstruksi Afghanistan,” ujar Suhail.
Adapun hubungan historis Tiongkok dengan Taliban sesungguhnya tidak terlalu baik. Negara ini pernah menarik diplomatnya pada 1993 ketika terjadi perang saudara di Afghanistan. Lebih dari itu, Tiongkok tidak pernah menjalin hubungan resmi dengan Taliban setelah merebut kekuasaan pada 1996.
Walau begitu, dukungan Tiongkok terhadap Taliban dinilai sebagai upaya untuk melindungi kepentingan keamanan negaranya.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Hua Chunying, mengaminkan bahwa Taliban akan memberikan perlindungan keamanan. “Taliban tidak akan pernah membiarkan pasukan mana pun menggunakan wilayah Afghanistan untuk menyakiti Tiongkok,” kata dia.
“Para pemimpin Tiongkok khawatir ketidakstabilan di Afghanistan menyebar ke wilayah sekitarnya, termasuk ke Tiongkok. Mereka juga khawatir tentang militerisme Islam,” kata Ryan Hass, pengamat kebijakan luar negeri di Brookings Institute.
Ryan mengatakan, pemerintahan Beijing akan mengakui Taliban dan mencari cara agar Taliban memperhatikan masalah keamanan Tiongkok sehingga bisa mendapatkan keuntungan dari deposit mineral Afghanistan yang kaya.
Reporter: Akbar Malik (Magang)