Menlu Retno Tegaskan Indonesia Terus Monitor Pemerintahan Taliban

Kementerian Luar Negeri
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne setelah menggelar 2+2 Meeting antara Australia dan Indonesia, Kamis (9/9).
Penulis: Maesaroh
9/9/2021, 14.40 WIB

Pada Selasa (7/9),  Taliban mengumumkan kabinet pemerintahan sementaranya. Kabinet baru Taliban ini langsung mengundang pro dan kontra. Di antara seluruh pejabat kabinet, lima di antaranya adalah mantan tahanan Amerika Serikat yang sempat dikurung di penjara Guantanamo dalam kasus terorisme.

Kelima orang tersebut adalah Noorullah Noori yang menjabat menteri perbatasan dan urusan suku, Abdul Haq Wasiq sebagai pejabat direktur intelejen, Khairullah Khair sebagai menteri informasi dan kebudayaan, Mohammad Fazil Mazloom sebagai wakil menteri pertahanan, dan Mohammed Nabi Omari sebagai gubernur Provinsi Khost. Orang-orang yang pernah ditahan di penjara Guantanamo adalah orang dengan riwayat keterlibatan kelompok terorisme. Amerika menangkap mereka di Afganistan, Irak, dan lainnya.

 Pemerintah Taliban juga terus menerus disorot dunia karena dianggap tidak menepati komitmennya untuk menghormati hak asasi manusia, khususnya kepada perempuan.

Pemerintahan Taliban telah melarang perempuan Afghanistan, termasuk tim kriket negara tersebut untuk melakukan kegiatan olahraga. Mereka juga tidak akan mengizinkan aksi demonstrasi  dan protes lainnya kecuali  sudah mendapat izin dari pihak berwenang.

Dilansir dari The Guardian, dalam wawancara dengan penyiar Australia SBS, wakil kepala komisi budaya Taliban, Ahmadullah Wasiq, mengatakan olahraga wanita dianggap tidak pantas dan tidak perlu.

“Saya kira perempuan tidak boleh bermain kriket karena perempuan tidak harus bermain kriket. Dalam kriket, mereka mungkin menghadapi situasi di mana wajah dan tubuh mereka tidak tertutup. Islam tidak mengizinkan wanita untuk dilihat seperti ini,” kata Wasiq dikutip dari The Guardian, Kamis (9/9).



Halaman: