Perekonomian Cina Akan Lampaui AS di 2030

ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song/hp/cf
Aly Song Seorang pria berjalan di depan distrik keuangan Lujiazui di Shanghai, menyusul penyebaran penyakit virus korona (COVID-19), China, Selasa (9/6/2020).
Penulis: Abdul Azis Said
27/12/2021, 07.31 WIB

Hasil studi terbaru menunjukkan perekonomian Cina akan terus tumbuh dan melampaui Amerika Serikat pada 2030. Meski demikian, proyeksi ini menunjukkan bahwa Cina akan butuh waktu yang lebih lama untuk menyalip AS dibandingkan perkiraan sebelumnya.

Lembaga think tank asal Inggris, Center for Economics and Business Research (CEBR) melaporkan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) harga konstan Cina pada 2031 akan menyentuh US$ 27,5 triliun, sementara Amerika Serikat hanya sebesar US$ 25,9 triliun.

"Kami memperkirakan kontribusi PDB Amerika Serikat terhadap dunia akan menurun secara bertahap pada tahun-tahun mendatang dan akhirnya disusul Cina sebagai ekonomi terbesar dunia," tulis peneliti dalam laporan terbaru CEBR dikutip Senin (27/12).

CEBR menjelaskan perkiraan ini lebih lambat dua tahun dari proyeksi sebelumnya. Para peneliti menilai Cina butuh waktu lebih lama untuk menyalip AS karena perekonomian negeri Paman Sam itu kemungkinan akan tumbuh lebih cepat. Pertumbuhan PDB Amerika diproyeksikan akan meningkat sekitar 2% per tahun mulai 2024 dan seterusnya.

Selain itu, laporan juga menunjukkan India tampaknya akan menyalip Perancis mulai tahun depan dan Inggris pada 2023. Dengan demikian India diperkirakan akan menjadi perekonomian terbesar ke-6 pada tahun 2023 dan ketiga terbesar pada tahun 2036, setahun lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Inggris diperkirakan akan lebih besr 16% dibandingkan dengan Perancis pada 2036 sekalipun ada Brexit. Adapun perekonomian Jerman akan menyalip Jepang pada tahun 2036.

Temuan lain dari laporan ini menunjukkan perekonomian dunia akan melampaui US$ 100 triliun atau Rp 1.419,7 kuadriliun pada tahun depan. Ini dua tahun lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Perkiraan tersebut sejalan dengan perkiraan Dana Moneter Internasional, yang juga memprediksi PDB global diukur dalam dolar dan harga saat ini akan melewati U$ 100 triliun pada tahun 2022.

Produk domestik bruto global akan dipengaruhi oleh pemulihan berkelanjutan dari pandemi, meskipun ada peluang inflasi berlanjut. Lembaga think tank yang berbasis di London itu juga memperkirakan kemungkinan sulit bagi pembuat kebijakan untuk menghindari resesi. 

“Isu penting untuk tahun 2020-an adalah bagaimana ekonomi dunia mengatasi inflasi,” kata Ketua CEBR Douglas McWilliams dikutip dari Bloomberg.

Selain masalah Inflasi, CEBR juga mencatat perubahan iklim bisa menurunkan konsumsi masyarakat. Pengeluaran konsumen diperkirakan menurun rata-rata US$ 2 triliun per tahun hingga tahun 2036. Hal ini karena perusahaan menanggung biaya investasi dekarbonisasi.

Reporter: Abdul Azis Said