Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendirikan pusat pelatihan biomanufaktur global di Korea Selatan. Indonesia menjadi salah satu negara penerima transfer teknologi pembuatan vaksin Covid-19 dengan platform mRNA.

Pusat pelatihan biomanufaktur di Korea Selatan itu akan melayani semua negara berpenghasilan rendah dan menengah yang ingin memproduksi produk biologi, seperti vaksin, insulin, antibodi monoklonal, dan pengobatan kanker.

WHO membuat pusat pelatihan biomanufaktur itu bersama pemerintah Korea Selatan dan akademi WHO. Ini dilakukan setelah membangun pusat transfer teknologi vaksin mRNA global di Afrika Selatan.

Bangladesh, Indonesia, Pakistan, Serbia, dan Vietnam akan menerima teknologi mRNA dari hub transfer teknologi tersebut. Dengan begitu, bisa ikut membuat vaksin Covid-19 dengan platform mRNA.

“Salah satu hambatan utama keberhasilan transfer teknologi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yakni kurangnya tenaga kerja terampil dan sistem peraturan yang lemah,” kata Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam keterangan pers, Kamis (23/2).

Dengan membangun keterampilan tersebut, WHO optimistis bisa memastikan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dapat memproduksi produk kesehatan yang dibutuhkan sesuai standar kualitas yang baik. “Maka, mereka tidak lagi harus menunggu di ujung antrian,” katanya.

WHO menyatakan akan memberikan dukungan kepada semua responden. Namun saat ini, memprioritaskan negara-negara yang tidak memiliki teknologi mRNA tetapi sudah mempunyai beberapa infrastruktur dan kapasitas biomanufaktur.

Mereka bakal mengadakan diskusi dengan negara-negara lain yang tertarik. Penerima teknologi mRNA lainnya akan diumumkan dalam beberapa bulan ke depan.

Pemerintah Korea Selatan menawarkan fasilitas di luar Seoul yang telah melaksanakan pelatihan biomanufaktur untuk perusahaan di negara ini. Kini, akan diperluas operasinya untuk menampung peserta pelatihan dari negara lain.

Fasilitas itu bakal memberikan pelatihan teknis dan langsung tentang persyaratan praktik operasional dan manufaktur yang baik. Akademi WHO akan bekerja dengan Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea untuk mengembangkan kurikulum komprehensif tentang biomanufaktur umum.

“Hanya 60 tahun yang lalu, Korea adalah salah satu negara termiskin di dunia,” kata Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan Kwon Deok-cheol. “Dengan bantuan dan dukungan dari WHO dan komunitas internasional, kami bertransisi menjadi negara dengan sistem kesehatan masyarakat dan bio-industri yang kuat.”

Secara paralel, WHO mengintensifkan penguatan sistem regulasi melalui Global Benchmarking Tool (GBT). Ini merupakan instrumen yang menilai tingkat kematangan otoritas regulasi.

GBT akan menjadi parameter utama bagi WHO untuk memasukkan regulator nasional ke dalam daftar otoritas yang terdaftar di WHO. Tujuan lainnya, untuk membangun jaringan pusat keunggulan regional yang akan bertindak sebagai penasihat dan pemandu bagi negara-negara dengan sistem regulasi yang lebih lemah.

Ada lima negara yang akan menerima dukungan dari hub mRNA global di Afrika Selatan, yakni Bangladesh, Indonesia, Pakistan, Serbia, dan Vietnam. Negara-negara ini diperiksa oleh sekelompok ahli.

Hasilnya, mereka dinilai memiliki kapasitas untuk menyerap teknologi. Dengan pelatihan yang ditargetkan, mereka dapat bergerak ke tahap produksi dengan relatif cepat.

“Indonesia merupakan salah satu negara yang terus mendukung pemerataan vaksin dan pemerataan akses vaksin Covid-19 untuk semua negara, termasuk melalui transfer teknologi vaksin dan know-how ke negara berkembang,” kata Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Lestari Priansari Marsudi.

Menurutnya, transfer teknologi itu akan berkontribusi pada akses yang sama atas penanggulangan kesehatan. Ini bakal membantu Indonesia untuk pulih bersama dan lebih kuat.

Solusi seperti itu yang dibutuhkan oleh negara-negara berkembang. “Solusi yang memberdayakan dan memperkuat kemandirian kita, serta solusi yang memungkinkan Indonesia berkontribusi pada ketahanan kesehatan global,” ujar dia.

Menteri Kesehatan Serbia Dr Zlatibor Loncar menambahkan, dukungan dari WHO dalam proses ini sangat penting untuk pengembangan produksi vaksin dan produk medis yang berkelanjutan, berkualitas dan aman. “Pengembangan teknologi baru berarti pengetahuan profesional para ahli Serbia dan pelatihan staf muda baru, sebagai prioritas nasional mutlak,” ujarnya.

Sedangkan Menteri Kesehatan Vietnam Dr Nguyen Thanh Long menyampaikan, meskipun negaranya termasuk kategori berkembang, tetapi memiliki banyak pengalaman dalam pengembangan vaksin selama beberapa dekade terakhir. ”National Regulatory Authority (NRA) kami juga sudah diakui WHO,” ujar dia.

Ia percaya bahwa dengan berpartisipasi dalam inisiatif pusat pelatihan biomanufaktur global, Vietnam akan dapat memproduksi vaksin mRNA dalam skala besar. “Tidak hanya untuk konsumsi domestik tetapi juga negara-negara lain di kawasan dan dunia, berkontribusi dalam mengurangi kesenjangan dalam akses ke vaksin,” katanya.

Argentina dan Brasil adalah negara pertama dari kawasan Amerika yang menerima teknologi mRNA dari hub global di Afrika Selatan. Keduanya bergabung pada September 2021.

Perusahaan dari negara-negara tersebut sudah menerima pelatihan dari hub transfer teknologi. Menteri Kesehatan Argentina Dr Carla Vizzotti menyampaikan, negara-negara memang harus memutus siklus ketergantungan kawasan di pasar vaksin global yang sangat terkonsentrasi.

“Itu jika ingin mencapai hasil kesehatan global dan regional yang lebih baik, termasuk kesiapsiagaan lebih baik untuk keadaan darurat kesehatan di masa depan,” kata Vizzotti.