Zimbabwe Jajaki Kerja Sama dengan Bio Farma untuk Pengembangan Vaksin

ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/aww.
Ilustrasi, kemasan vaksin COVID-19 diperlihatkan di Command Center serta Sistem Manajemen Distribusi Vaksin (SMDV), Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Kamis (7/1/2021).
Penulis: Agung Jatmiko
22/5/2022, 13.15 WIB

Zimbabwe menjajaki kemungkinan kerja sama antara perusahaan farmasinya, NatPharm dengan perusahaan asal Indonesia, PT Bio Farma. Ini untuk mencapai tujuan sebagai hub vaksin dan obat-obatan di Afrika.

Mengutip bulawayo24.com, kemungkinan kerja sama ini diutarakan oleh Wakil Presiden Zimbabwe Constantino Chiwenga, yang juga merupakan Menteri Kesehatan dan Perlindungan Anak, di tengah kunjungannya ke pabrik Bio Farma. Di tengah kunjungan tersebut, ia menerima proposal kemungkinan kerja sama antara Bio Farma dan NatPharm.

Zimbabwe sendiri telah memproduksi obat-obatan, tetapi belum memasuki sub-sektor injeksi kritis dan cairan infus bervolume besar. Ini menjadi celah dapat ditutupi oleh kemitraan. Sementara, Bio Farma ingin mendapatkan pijakan di Afrika dan siap untuk melihat transfer teknologi sehingga manufaktur dapat dilakukan di benua tersebut.

“Sebagai Menteri Kesehatan, saya menyambut baik minat Bio Farma untuk bermitra dengan NatPharm, untuk memproduksi produk farmasi termasuk vaksin di Zimbabwe. Kami siap menerima Bio Farma di Zimbabwe untuk mendiskusikan proposal ini," kata Chiwenga, Sabtu (21/5).

Dalam kunjungannya ke pabrik Bio Farma, Chiwenga mengaku terkesan dengan kemampuan, serta pengalaman Bio Farma di bidang pembuatan vaksin dan obat-obatan. Ia juga terkesan dengan kemampuan Bio Farma memproduksi vaksin untuk campak, polio, hepatitis B dan vaksin pentavalent untuk keperluan rumah tangga, serta untuk WHO dan UNICEF.

Dalam proposal untuk bermitra dengan NatPharm, Chief Executive Officer (CEO) Bio Farma, Honesti Basyir mengatakan, perusahaan akan mentransfer teknologi ke Zimbabwe.

Jika kemitraan terwujud seperti yang dibayangkan, perusahaan mengatakan NatPharm akan bertanggung jawab untuk regulasi, distribusi dan pemasaran, serta manajemen keuangan. Sementara, peran Bio Farma adalah melakukan transfer teknologi untuk vaksin dan memasok vaksin secara massal.

Kemungkinan untuk masuk ke Zimbabwe ini tergolong besar, karena di industri farmasi Zimbabwe terdapat kesenjangan, di mana produk vaksin dan cairan intravena volume besar tidak diproduksi secara lokal.

"Bio Farma memiliki teknologi modern, dan melalui kemitraan ini, akan ada pertukaran keterampilan dan transfer teknologi timbal balik yang bermanfaat untuk industri farmasi Zimbabwe," ujar Chiwenga.

Zimbabwe sendiri diposisikan secara strategis dalam kawasan Southern African Development Community (SADC), yang menyediakan platform untuk menciptakan distribusi ke benua di bawah area perdagangan bebas benua Afrika atau African Continental Free Trade Area (ACFTA), yang memiliki pasar 1,2 miliar orang.

Sementara, Bio Farma merupakan perusahaan terdiversifikasi, yang memproduksi berbagai bahan medis, termasuk vaksin Covid-19. Perusahaan ini mengekspor produk ke lebih dari 150 negara di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat (AS), negara-negara di Eropa, Afrika, Asia melalui kemitraan dengan badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).