Jutaan Hektare Tanaman Pangan Ukraina Gagal Panen Imbas Invasi Rusia
Sebanyak 2,4 juta hektare lahan tanaman musim dingin Ukraina diperkirakan bakal gagal panen karena terdampak invasi Rusia. Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran dunia akan pasokan bahan pokok yang semakin menipis dan harga pangan yang melambung tinggi.
Sebuah analisis oleh Pusat Penelitian Pangan dan Penggunaan Lahan Institut Ekonomi Sekolah Kyiv bekerja sama dengan Kementerian Pertanian Ukraina menyatakan sektor pertanian sejauh ini menderita kerugian sebesar $ 4,29 miliar. Hal itu karena invasi dan perang telah membunuh sekitar 42.000 domba dan kambing, 92.000 sapi, 258.000 babi dan lebih dari 5,7 juta ekor unggas.
"Agresi Rusia berimbas pada kemampuan Ukraina untuk mengekspor produk pertanian kami secara bebas dan memberi makan sekitar 400 juta orang per tahun di seluruh dunia," kata Roman Neyter, pakar di Pusat Penelitian Pangan dan Penggunaan Lahan Ukraina seperti dikutip dari Reuters, Kamis (16/6).
Selain bahan makanan, harga benih, pupuk, dan bahan bakar telah meningkat rata-rata 35-45% di seluruh Ukraina. Menurut data Famine Early Warning Systems Network (FEWSNET), produksi pertanian tanaman musim dingin dan semi dapat menurun sebanyak 25%-50%. Sejumlah daerah juga memiliki pasokan air yang sangat buruk karena wilayahnya tidak memiliki listrik.
Sekretaris Jendral PBB, Antonio Gutteres, mengatakan perang di Ukraina membuat pasokan bahan pangan menipis dan berimbas pada distribusi pangan global yang belum pulih dari dampak pandemi Covid-19. “Kondisi ini membuat puluhan juta orang di ambang krisis pangan.” kata Guterres dalam rapat PBB tentang ketahanan pangan di New York, Amerika Serikat.
Hal ini dikhawatirkan akan memperpanjang krisis pangan global. Selain itu, blokade Rusia terhadap pelabuhan Laut Hitam Ukraina diprediksi akan menghambat ekspor Ukraina secara signifikan. Sedangkan kota Kyiv, hanya dapat mengandalkan jalan darat, sungai, dan kereta api untuk kegiatan ekspor.
Menteri Pertanian Ukraina, Mykola Solskyi, mengatakan invasi Rusia ke Ukraina dapat menciptakan kekurangan gandum global setidaknya selama tiga musim. Perang di Ukraina telah berdampak pada kapasitas ekspor, kelangkaan bahan bakar, pupuk, serta merusak sistem pertanian dan pasar global.
"Ratusan juta orang terancam kerawanan pangan dan krisis kemanusiaan besar yang muncul tidak hanya di Ukraina tetapi juga di sejumlah besar negara pengimpor biji-bijian," ujarnya.
Ukraina adalah salah satu mitra dagang Indonesia di kawasan Eropa. Impor terbesar Indonesia dari negara yang sedang berperang dengan Rusia tersebut adalah komoditas gandum.