Pengamat: Kunjungan Presiden Ke Ukraina dan Rusia Berdampak Strategis

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww.
Presiden Joko Widodo membacakan sumpah saat upacara pelantikan menteri dan wakil menteri Kabinet Indonesia Maju sisa masa jabatan periode 2019-2024 di Istana Negara, Rabu (15/6/2022).
26/6/2022, 21.09 WIB

Menurut Riza, peluang untuk mendamaikan kedua negara sejatinya amat kecil. Namun, lawatan Presiden Jokowi diharapkan mampu mengikis ego dua negara untuk kepentingan yang lebih besar. 

Perang di Ukraina telah menyebabkan krisis di sektor sektor kesehatan, pangan, dan energi menjadi. Ini berdampak langsung pada upaya pemulihan ekonomi dari pandemi, sekaligus menambah beban untuk mengembalikan stabilitas dunia. 

Riza menyarankan agar dibentuk gugus tugas yang khusus menengahi dan membahas isu teknis dari konflik geopolitik Rusia-Ukraina. Dengan begitu, solusi untuk meredam dampak perang dapat terlahir dan berkontribusi pada upaya pemulihan global. 

"Ketika nanti misalnya disepakati kedua Kepala Negara (Rusia-Ukraina) hadir di pertemuan puncak pada November (summit G20). Maka yang paling penting adalah menyusun agenda sampai ke November, apa yang harus dilakukan. Itu yang menjadi kunci dari peluang suksesnya mitigasi," kata Riza. 

Diketahui, Presiden Jokowi pada hari ini berangkat ke Jerman memenuhi undangan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7. Dalam forum itu, Kepala Negara akan menyerukan upaya perdamaian. Presiden Jokowi diagendakan melawat ke Ukraina dan berdialog dengan Volodymyr Zelenskiy selepas G7 dan berkunjung ke Rusia menemui Vladimir Putin setelahnya.

Halaman:
Reporter: Rezza Aji Pratama