Virus Marburg membuat WHO menggelar rapat dengan para ahli dari seluruh dunia pada Selasa (14/2). Rasio kematian virus ini lebih dari 80%.

Berdasarkan laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes), penyakit virus Marburg merupakan penyakit demam berdarah yang disebabkan oleh virus Marburg, yang dapat ditularkan dari kelelawar dan antar-manusia, seperti:

  • Air liur
  • Keringat
  • Bekas muntahan
  • ASI
  • Sperma
  • Tinja
  • Urine
  • Kulit yang terluka
  • Mata
  • Hidung
  • Mulut
  • Dapat menyebar melalui permukaan atau benda yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh seseorang yang terinfeksi

“Penyakit ini bersifat jarang namun dapat mengakibatkan wabah dengan angka kematian yang besar,” demikian dikutip dari laman Kemenkes, Minggu (19/2).

Virus Marburg termasuk dalam famili filovirus yang merupakan satu famili dengan virus Ebola. Virus ini pertama kali diidentifikasi pada 1967 secara bersamaan di Marburg dan Frankfurt di Jerman dan di Belgrade, Serbia.

Kemudian virus Marburg menyebar di Angola, RD Kongo, Kenya, Afrika Selatan, dan Uganda.

Wabah penyakit virus Marburg terjadi di Guinea Khatulistiwa sejak 7 Februari. Tercatat satu kasus konfirmasi, 16 kasus suspek, dan sembilan kematian per 13 Februari.

“Hingga saat ini, belum pernah dilaporkan kasus konfirmasi penyakit virus Marburg di Indonesia dan di negara sekitar, sehingga risiko importasi penyakit virus Marburg di Tanah Air rendah,” demikian dikutip.

Gejala Virus Marburg

Gejala penyakit virus Marburg umumnya muncul sekitar 2 - 21 hari setelah seseorang terpapar virus Marburg. Berikut beberapa gejala awal yang umumnya muncul:

  1. Demam tinggi
  2. Sakit kepala parah
  3. Tidak enak badan
  4. Nyeri otot

Setelah gejala awal muncul, biasanya di hari ketiga, orang yang terinfeksi virus Marburg bisa mengalami gejala berupa:

  1. Diare dalam waktu lama
  2. Nyeri perut
  3. Mual dan muntah
  4. Kemerahan di kulit yang tidak gatal
  5. Mata cekung
  6. Badan sangat lemas
  7. Gelisah

Gejala berat umumnya terlihat pada hari kelima dan ketujuh. Gejalanya yakni perdarahan misalnya mimisan, gusi berdarah, atau haid yang deras.

Darah juga bisa terlihat di muntah atau tinja.

Virus Marburg Bisa Jadi Pandemi

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai virus Marburg berpotensi menjadi pandemi baru di masa depan.

“Penyakit virus Marburg adalah penyakit yang sangat mematikan yang menyebabkan demam berdarah, dengan rasio kematian hingga lebih dari 80 persen,” kata Dicky dikutip dari Antara, Rabu (15/2).

“Saat ini tidak ada pengobatan khusus untuk virus Marburg. Wabah jarang terjadi, relatif kecil, tetapi sangat fatal, dengan tingkat fatalitas kasus berkisar antara 25% - 90%,” ujar dia.

Dicky menyarankan pemerintah Indonesia, bahkan dunia untuk memulai menerapkan pendekatan satu sehat (one health) agar semua tata laksana pencegahan mulai dari pengembangan vaksin, deteksi dini hingga penguatan dalam program kesehatan masyarakat tidak telat untuk diberlakukan, meski memerlukan biaya yang tidak murah.

“Apakah ini berpotensi pandemi? Kalau untuk saat ini menurut saya belum, namun pada gilirannya, cepat atau lambat bila strategi pengendalian lemah, vaksin dan obat tidak tersedia, ancaman makin besar untuk dunia,” ujar Dicky.