Persaingan menjelang Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) pada 5 November 2024 mendatang semakin ketat. Hal ini karena elektabilitas Kamala Harris semakin terdesak oleh Donald Trump.
Jajak pendapat atau polling tingkat keterpilihan yang ditampilkan oleh sejumlah lembaga survei menunjukan selisih tipis. Ipsos menunjukkan Kamala Harris masih unggul atas Donald Trump, namun tingkat keterpilihan Trump cenderung meningkat.
Ipsos mencatat sebanyak 79% daftar pemilih tetap akan menggunakan hak pilihnya dalam pilpres tahun ini. Hasil survei dari penarikan data pada 16-21 Oktober itu menunjukkan 48% responden memilih Kamala Harris, dan 45% menetapkan pilihan kepada Donald Trump.
Sementara 2% responden memilih kandidat lain dan 4% mengaku belum mentukan pilihan atau tidak tahu. Ipsos kembali mendalami pertanyaan kepada para responden yang memilih kandidat lain maupun yang belum mementukan pilihan.
Ipsos mengajukan pertanyaan lanjutan soal kandidat mana yang akan mereka pilih jika harus memilih. Pemilih dari dua segmen responden itu cenderung memilih Trump dengan 51% suara dibandingkan Harris yang hanya 36%.
Mayoritas sampel survei dengan 27% memandang isu perekonomian sebagai masalah mendesak yang harus menjadi prioritas presiden terpilih. Disusul oleh isu topik ekstremisme politik atau ancaman terhadap demokrasi 22% dan imigrasi 16%.
Sebanyak 35% responden menginginkan presiden berikutnya untuk fokus pada imigrasi sebagai kebijakan domestik utama pemerintahan dalam 100 hari pertama masa jabatannya. Isu strategis lain yang mendapat sorotan di antaranya yakni ketimpangan pendapatan 11%, pajak 10% dan layanan kesehatan 10%.
Jajak pendapat ini merupakan kolaborasi Ipsos dan Reuters, dengan menyasar pada sampel yang mewakili 4.129 penduduk AS, berusia 18 tahun ke atas.
Sampel ini mencakup 3.481 pemilih terdaftar, 1.235 di antaranya beririsan dengan Partai Republik dan 1.188 di antaranya adalah Demokrat, serta 884 adalah independen. Sampel ini juga mencakup 3.307 calon pemilih. Survei ini memiliki toleransi kesalahan sekitar 1,6% pada tingkat kepercayaan 95%.
Hasil berbeda ditunjukkan oleh hasil survei HarrisX dan Forbes. Temuan survei itu mencatat tingkat keterpilihan Trump mencapai 51%, lebih tinggi dari dari elektabilitas Harris di angka 49%. Survei itu dilakukan secara online terhadap 1.244 responden pada 21-22 Oktober dengan margin toleransi kesalahan 2,5%
HarrisX juga mencatat adanya hasil akhir yang bisa berubah ke pihak manapun. Hal ini karena masih ada 12% pemilih potensial dan 18% pemilih terdaftar yang masih mempertimbangkan pilihan mereka.
Pendiri dan CEO HarrisX, Dritan Nesho, menyebut Pilpires AS tahun ini sebagai ‘perlombaan yang dinamis dan kompetitif hingga akhir’. Drian mengatakan hasil pilpres dipengaruhi oleh sikap 18% pemilih tetap yang masih membuka opsi mengubah pilihan mereka.
Ada tujuh negara bagian yang paling mungkin menentukan hasil Pilpres AS. Trump unggul di North Carolina, Georgia, dan Arizona. Sementara Harris memimpin di Michigan, Wisconsin, dan Nevada.
Keduanya imbang di Pennsylvania dan tidak ada kandidat yang unggul lebih dari dua poin di negara bagian mana pun. Adapun AS merupakan negara yang terdiri dari 50 negara bagian.