Menteri Susi Kembali Tenggelamkan 13 Kapal Asing

Arief Kamaludin|KATADATA
Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, di Jakarta, Senin, (22/02)
Penulis: Agung Jatmiko
12/5/2019, 13.40 WIB

Misalnya, tindakan yang diterapkan oleh Australia yang membakar kapal Indonesia bila masuk dan menangkap ikan secara ilegal di perairan Australia.

Secara khusus, ia menambahkan pentingnya untuk menjaga Laut Natuna yang secara geografis merupakan wilayah yang sangat penting di kawasan. Menurutnya, Indonesia harus bersikap tegas dengan tidak memberikan lubang (loopholes) bagi penegakan hukum di wilayah ini.

(Baca Juga: Menteri Susi Klaim Stok Ikan Melimpah karena Penenggelaman Kapal Asing)

“Laut Natuna secara geografis adalah wilayah yang sangat penting, karena konflik di sini bisa menyebabkan ketegangan yang bisa menganggu perdamaian. Oleh karena itu, harus dijaga dengan memastikan bahwa hukum tidak ada lubang kelemahan. Kalau kita akan kembali ke pelelangan kapal, ya akan kembali lagi seperti dulu,” tegasnya.

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Agus Suherman mengungkapkan, pemusnahan atas 13 kapal tersebut menambah jumlah kapal yang sudah dimusnahkan. Sejak Oktober 2014, total sebanyak 516 kapal telah dimusnahkan.

Jumlah tersebut terdiri dari 294 kapal Vietnam, 92 kapal Filipina, 76 kapal Malaysia, 23 kapal Thailand, 2 kapal Papua Nugini, 1 kapal RRT, 1 kapal Nigeria, 1 kapal Belize dan 26 kapal Indonesia.

Susi mengungkapkan, cara penegakan hukum dengan penenggelaman ini jauh memberikan keuntungan yang sangat besar jika dihitung secara sumberdaya maupun bisnis.

Secara sumberdaya, tercatat bahwa biomassa laut Indonesia meningkat dalam beberapa tahun terakhir. “Biomassa laut kita tumbuh 300% dibandingkan sebelumnya. Lebih subur, lebih banyak ikannya, lebih besar-besar ukurannya,” ungkap Menteri Susi.

Hal itu pun berimbas positif secara bisnis di mana terjadi peningkatan nilai ekspor dan angka nilai tukar nelayan (NTN) selama empat tahun terakhir. Terbukti dari kualitas tuna Indonesia yang sudah menjadi nomor satu dunia.

Ekspor tuna Indonesia ia katakan merupakan nomor dua yang masuk ke pasar Eropa. Satu hal luar biasa, yang jika dinilai dengan uang pun nilainya bisa mencapai miliaran dollar. Nilai tukar nelayan (NTN) juga naik lebih dari 10% dalam empat tahun ini.

(Baca Juga: Meningkat 8%, Ekspor Produk Perikanan 2018 Diprediksi Rp 68,9 Triliun)

Halaman: