Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengambil langkah untuk menyikapi terus anjloknya harga minyak. Trump dikabarkan mengirim utusan khusus di bidang energi ke Arab Saudi untuk menstabilkan pasar minyak global.
Pasalnya, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) telah jatuh ke level terendah sejak 18 tahun terakhir imbas perang harga Saudi dan Rusia serta sentimen negatif virus corona Covid-19. Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) sempat menyentuh titik terendah sejak 2002 yakni US$ 20 pada Kamis (19/3) lalu.
Mengutip data Bloomberg pada Minggu (21/3) pukul 08.00 WIB, harga minyak Brent untuk kontrak Mei 2020 ditutup turun 1,49% menjadi US$ 26,98 per barel. Adapun harga minyak WTI untuk kontrak April 2020 ditutup turun 3,28% menjadi US$ 22,63 per barel.
Dilansir dari Reuters, seorang pejabat senior Departemen Energi AS akan dikirim ke Riyadh guna bekerja sama dengan pejabat Departemen Luar Negeri Arab Saudi. Sedangkan Trump hari Kamis (19/3) telah mengatakan dirinya akan ikut campur menengahi perang harga minyak Saudi dan Iran. “Di waktu yang tepat, saya akan terlibat,” kata Trump dikutip dari Foxbusiness.com, Minggu (11/3).
(Baca: IHSG Anjlok 14,5% dalam Sepekan, Kapitalisasi Bursa Tergerus Rp 824 T)
Komisioner Komisi Kereta Api Texas Ryan Sitton berharap Trump dapat meyakinkan Arab Saudi dan Rusia untuk memangkas produksi. Komisi Kereta Api adalah badan di Negara Bagian Texas yang salah satu fungsinya meregulasi industri migas.
“Jika kami dapat membantu (Trump) menyelesaikan transaksi, maka saat itulah kita melakukan sesuatu," ujar Sitton seperti dilansir dari Reuters, Minggu (22/3).
Sitton telah berbicara dengan Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo tentang kesepakatan internasional untuk memastikan stabilitas ekonomi ketika pulih dari wabah virus corona. Sitton menyebut Barkindo bakal mengundang dirinya ke pertamuan OPEC berikutnya pada Juni mendatang.
Namun, seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan, pemerintah federal tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi OPEC dalam memangkas produksi. "Dari tingkat federal kami tidak memiliki hubungan yang berkelanjutan dengan OPEC, itu adalah kartel," kata pejabat tersebut.
(Baca: Harga Minyak Cetak Rekor Baru, Naik 24% Menjadi US$ 25 per Barel)