PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) ingin mengimplementasikan program biodiesel 100% (B100) pada pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Namun, hal itu justru berpotensi merusak mesin.
Selain itu, emisi yang dihasilkan pun lebih besar. "Untuk penggunaan CPO 100 persen, kami menemukan penggunaan tersebut menghasilkan emisi lebih besar 1,5 sampai dua kali lipat. Selain itu, menimbulkan kerak pada mesin dan berpotensi merusak komponen dari mesin PLTD," ujar Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Selasa (28/1).
Zulkifli pun mengusulkan agar rencana penggunaan B100 digunakan pada mesin pembangkit khusus yang berbasis bahan bakar nabati. Dengan demikian, kejadian seperti munculnya kerak di mesin PLTD tidak terjadi kembali.
"Mohon izin, sebaiknya rencana penggunaan CPO ini diterapkan pada mesin diesel yang memang didesain untuk menggunakan bahan bakar nabati," kata dia.
(Baca: Sokong Ibu Kota Baru, PLN Siap Tambahkan 864 MW di Rencana Kelistrikan)
Di sisi lain, PLN berusaha mengurangi impor BBM dengan menekan defisit transaksi berjalan. Pada 2017 lalu impor BBM telah mencapai Rp 330 triliun.
Jika tidak ada program-program konservasi yang signifikan maka angka tersebut akan melonjak melebihi Rp 550 triliun di tahun 2025. Untuk itu, PLN berupaya mendorong penggunaan mobil listrik.
Salah satu caranya dengan membangun infrastruktur berupa Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) untuk kendaraan listrik. "Sesuai program rencana umum impor nasional yang tercantum pada dokumen RUEN, perlu penurunan impor bbm dengan konservasi transportasi darat berbahan bakar minyak jadi kendaraan listrik yang pasti energi domestik," ujarnya.
(Baca: BUMN Bersiap Bangun 180 Stasiun Pengisi Daya Kendaraan Listrik di 2020)