Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyatakan belum membahas lebih lanjut rencana penyehatan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Padahal, Presiden Joko Widodo memastikan, Erick bakal segera menyelesaikan persoalan yang membelit asuransi jiwa milik negara tersebut.
"Saya belum diskusi Jiwasraya, nanti bersama OJK, kami bisa duduk (membahas persoalan itu)," kata Erick ketika ditemui di kompleks parlemen, Jakarta, Senin (2/12).
Erick enggan membicarakan sesuatu yang belum disepakati. Dia juga enggan berkomentar terkait kemungkinan Jiwasraya mendapatkan dana segar dari suntikan pemerintah melalui Penyertaan Modal Negara (PMN). "Saya tidak bisa komentar, saya belum tahu," kata Erick menanggapi soal opsi suntikan dana tersebut.
(Baca: Kejati DKI Tingkatkan Kasus Dugaan Korupsi Jiwasraya ke Penyidikan)
Yang jelas, Erick mendukung langkah hukum mengusut dugaan korupsi pada Jiwasraya sejak 2014 hingga 2018 terkait produk JS Saving Plan. Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta telah meningkatkan status perkara Jiwasraya dari dari penyelidikan menjadi penyidikan dengan beberapa bukti permulaan.
Pada kesempatan terpisah, Presiden Jokowi memastikan bahwa Erick bakal segera menyelesaikan persoalan yang membelit Jiwasraya. Jokowi menyatakan, Erick sudah punya cara untuk menangani permasalahan itu.
Namun, orang nomor satu di Indonesia tersebut enggan membeberkan langkah yang bakal ditempuh Erick untuk mengatasi persoalan Jiwasraya. “Saya kira akan diselesaikan Menteri BUMN. Saya sudah diberi tahu tahapannya,” kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, hari ini (2/12).
Sebelumnya, Erick sendiri telah berjanji bahwa masalah Jiwasraya menjadi salah satu fokus utamanya sebagai Menteri BUMN. Ia menyebut pemerintah telah menyiapkan tiga strategi untuk memperbaiki likuiditas perusahaan asuransi jiwa itu. Salah satunya, membentuk anak usaha, PT Jiwasraya Putra.
(Baca: Jokowi Pastikan Erick Thohir Segera Selesaikan Masalah Jiwasraya)
Pendirian anak usaha Jiwasraya bernama Jiwasraya Putra merupakan kerja sama Jiwasraya dengan tiga BUMN lainnya. Jiwasraya memegang 64% saham. Lalu, BTN memiliki lebih dari 20%, PT Telkomsel 13%, serta PT Pegadaian dan PT Kereta Api Indonesia untuk 3% sisanya.
Strategi kedua yang akan diterapkan adalah pembentukan holding asuransi. Bahana yang digadang-gadang menjadi induk usaha diharapkan dapat memberikan suntikan kepada Jiwasraya dengan menerbitkan obligasi subordinasi atau mandatory convertible bond (MCB).
Surat utang tersebut nantinya akan dibeli oleh BUMN lain. Skema ini diperkirakan dapat menghasilkan likuiditas Rp 7 triliun untuk likuiditas dan solvabilitas Jiwasraya.
Adapun solusi lainnya atau strategi ketiga, mencakup kerja sama bisnis reasuransi melalui produk finansial reinsurance (Finre). Melalui aksi korporasi ini, Jiwasraya diproyeksi memperoleh penerimaan Finre sebesar Rp 1 triliun yang ditargetkan terealisasi pada Desember 2020.
(Baca: Bakal Dijual, Valuasi Anak Usaha Jiwasraya Disebut Rp 9 Triliun)