Valuasi Kilang Cilacap Alot, Luhut Sebut Pertamina Bisa Garap Sendiri

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan Luhut mengatakan, masih menunggu hasil audit terkait valuasi aset kilang tersebut yang seharusnya rampung bulan ini.
Penulis: Rizky Alika
Editor: Agustiyanti
16/11/2019, 13.26 WIB

Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyinggung soal kemungkinan masuknya investor baru. Ia mengatakan pihaknya terus mendorong agar kesepakatan bisa terjadi antara Pertamina dan Aramco. Namun, tetap memiliki tenggat waktu.

"Sampai Desember kami lihat, sepakat atau tidak. Kalau tidak kami cari alternatif lain. Ya bisa cari partner lain juga, tapi kami usahakan yang sudah disepakati oleh kedua negara," ujarnya.

(Baca: Menko Luhut Minta Pembangunan Megaproyek Kilang Pertamina Dipercepat)

Investasi proyek Refinery Development Master Plan (RDMP)  Cilacap ditaksir mencapai US$ 5 miliar. Dengan investasi tersebut, kapasitas kilang Cilacap diharapkan meningkat dari 348 ribu barel per hari menjadi 400 ribu barel per hari. Adapun spesifikasi produk, mencakup Euro V, petrokimia dasar (basic petrochemical), dan Group II Base Oil untuk pelumas.

Pertamina dan Aramco telah membentuk perusahaan patungan sejak 22 Desember 2016 untuk proyek tersebut. Pertamina memegang saham sebesar 55% dan Saudi Aramco sebesar 45%. Kala itu, Pertamina dan Aramco menargetkan proyek RDMP Cilacap bisa dimulai pada 2021.

Namun, hingga kini, proyek kilang Cilacap masih terhalang kesepakatan terkait valuasi dan spin off aset. Di sisi lain, Aramco justru begitu gencar berinvestasi kilang di negara lain, seperti Tiongkok dan Malaysia.

Halaman: