Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menerima kunjungan perusahaan migas asal Spanyol, Repsol, pada Senin (14/11). Kunjungan tersebut membahas percepatan rencana pengembangan (PoD) Blok Sakakemang dan eksplorasi di Blok Andaman III.
Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Migas Djoko Siswanto mengatakan untuk rencana pengembangan (PoD) Blok Sakakemang, pemerintah masih menunggu laporan hasil sertifikasi yang diajukan Repsol ke Lemigas.
"Masih belum selesai, belum dilaporkan ke kami," kata Djoko saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (14/11).
Sebelumnya Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan Repsol telah mengajukan sertifikasi cadangan Blok Sakakemang ke Lemigas sebesar 1 triliun kaki kubik (tcf). Padahal potensi cadangan terbukti di blok tersebut mencapai 2 tcf.
Ini lantaran Repsol dan SKK Migas sepakat ingin mempercepat PoD Blok Sakakemang di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Dengan kesepakatan tersebut, Repsol tidak lagi perlu mengebor sumur untuk membuktikan seluruh cadangan terbukti blok tersebut. Blok Sakakemang pun diproyeksi bisa berproduksi pada 2021 mendatang.
(Baca: SKK Migas Tantang Pertamina dan Medco Temukan Migas Seperti Repsol)
Di sisi lain, Djoko menyebut Repsol harus menunggu rekomendasi dari Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) untuk memperpanjang masa eksplorasi di Blok Andaman III. Pasalnya masa eksplorasi Blok Andaman III telah habis.
"Tinggal nunggu rekomendasi dari BPMA untuk extension. Masih rapat satu sampai dua hari ini, kami menunggu," ujarnya.
Sebelumnya, BPMA menyebut Repsol masih memproses pengadaan Long Lead Item dan kapal untuk pengeboran sumur Rencong 1X di Blok Andaman III. Rencananya, pengeboran bakal dimulai pada tahun depan.
(Baca: Menteri ESDM Incar Penemuan Cadangan Migas Baru)
Cadangan gas Indonesia cenderung mengalami penurunan. Pada akhir 2018, cadangan gas terbukti sebesar 96,06 TCF. Angka ini turun 10,5 persen dibandingkan cadangan gas terbukti pada 2009.
Sedangkan cadangan gas potensial Indonesia sebesar 39,49 TCF pada akhir 2018, turun 24,5 persen dibandingkan posisi pada 2009.