“Krisis di sektor manufaktur sekarang tampaknya meluas ke sektor jasa yang sebelumnya menguat. Hal ini bukanlah kabar baik bagi permintaan minyak. Bagaimanapun, ini juga dapat mengurangi permintaan akan transportasi," kata analis komoditas senior Commerzbank, Carsten Fritsch dilansir dari Reuters.
Di sisi lain, Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan Arab Saudi sebagai pengekspor minyak mentah utama dunia juga telah mengembalikan sepenuhnya produksi minyaknya pasca-serangan terhadap fasilitas minyak Saudi Aramco telah menghancurkan lebih dari 5% pasokan global.
(Baca: Harga Minyak Kembali Anjlok, Dipicu Memburuknya Data Ekonomi AS )
"Bahwa Saudi memulihkan produksinya kembali ke kapasitas semula lebih cepat dari yang diharapkan berarti para investor harus mengurangi risiko pasokan yang meningkat lebih cepat daripada yang seharusnya terjadi," kata Analis pasar Fawad Razaqzada di pialang berjangka Forex.com.
Selain itu, para investor juga mengamati perkembangan lebih lanjut terkait ketegangan antara Amerika Serikat dengan Iran yang berpotensi mengganggu pasokan minyak dunia.
Perancis menyatakan bahwa Iran dan Amerika Serikat memiliki waktu satu bulan untuk mencapai perundingan. Hal ini menunjukkan bahwa rencana Iran untuk meningkatkan aktivitas nuklirnya pada November mendatang akan memicu ketegangan baru di kawasan itu.
(Baca: Ada Konflik Timur Tengah hingga Pemakzulan Trump, Harga Minyak Turun)