Harga Minyak Turun 1% Menyusul Keraguan Kesepakatan Dagang AS-Tiongkok

KATADATA
Pengeboran minyak lepas pantai.
Editor: Ekarina
13/9/2019, 10.05 WIB

Pertemuan komite pengawas pasar yang dibentuk oleh negara OPEC  dan sekutunya, yang dipimpin secara de facto oleh Arab Saudi, menghasilkan perjanjian untuk menjaga kuota produksi minyak yang negara-negara tersebut janjikan dalam kesepakatan pasokan global.

Sebuah pernyataan dari OPEC dan sekutunya atau  OPEC +, mengatakan stok minyak di negara industri tetap akan berada di atas lima tahun. Menteri energi Oman bahkan mengatakan prospeknya tidak terlalu bagus untuk tahun depan. 

(Baca: Harga Minyak Jatuh, Terdampak Spekulasi Peningkatan Ekspor Minyak Iran)

Sementara itu, Pangeran Abdulaziz menyebut Arab Saudi akan terus melakukan pemangkasan lebih dari yang dijanjikan dalam kesepakatan OPEC + yakni sebesar 1,2 juta barel per hari.

Sebelumnya, pernyataan International Energy Agency (IEA) juga memberi gambaran buruk  apda pasar tahun depan, menyusul soal lonjakan produksi minyak AS.

"Meledaknya produksi minyak shale telah memungkinkan AS untuk menutup dan secara singkat menyalip Arab Saudi sebagai pengekspor minyak utama dunia pada Juni, setelah ekspor minyak mentah melonjak di atas 3 juta barel per hari," kata IEA dalam laporan bulanannya.

Namun, IEA masih tetap mempertahankan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak tahun ini dan tahun depan masing-masing sebesar 1,1 juta barel dan 1,3 juta barel per hari.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan