Buntut Kasus Suap, Menteri Rini Pecat Dirut Induk Perkebunan PTPN III

ANTARA FOTO/RENO ESNIR
Tersangka Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) Dolly Pulungan berada di dalam mobil tahanan usai menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Rabu (4/9/2019). KPK menahan Direktur Utama PTPN III Dolly Pulungan yang telah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap distribusi gula di PTPN III.
10/9/2019, 12.21 WIB

Profil PTPN III

PTPN III resmi menjadi induk perusahaan perkebunan milik negara pada 2014. Perusahaan menaungi 13 perusahaan perkebunan dari PTPN I sampai PTPN XIV; perusahaan pemasaran produk perkebunan Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara; dan perusahaan di bidang riset dan pengembangan komoditas perkebunan yaitu Riset Perkebunan Nusantara.

Komoditi yang diusahakan perusahaan dari mulai kelapa sawit, karet, tebu, teh, kopi, kakao, tembakau, aneka kayuan, buah-buahan, dan aneka tanaman lainnya.

(Baca: Dirut Ditahan KPK, Ini Profil PTPN III Penguasa Sejuta Hektare Lahan)

Berdasarkan situs holding-perkebunan.com, PTPN III menguasai total 1,18 juta hektare lahan, dengan total area yang telah ditanami (planted area) sebanyak 817,54 ribu hektare. Sedangkan berdasarkan data per 30 Juni 2019, areal tanam didominasi tanaman kelapa sawit seluas lebih dari 552.888 hektare, karet seluas 154.737 ha, teh 30.279 ha, serta tebu seluas 53.946 ha.

Perusahaan mencatatkan penurunan laba di bawah kepimpinan Dolly. Dolly diangkat sebagai Dirut PTPN III pada April 2018. Berdasarkan ikhtisar laporan keuangan BUMN yang dipublikasikan situs bumn.go.id, perusahaan mencatatkan pendapatan usaha Rp 33,32 triliun, sedangkan HPP dan beban usaha Rp 32,09 triliun pada 2018 (unaudited).

Seiring perkembangan tersebut, perusahaan mencatatkan laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada entitas pengendali sebesar Rp 870,2 miliar. Pencapaian laba ini anjlok dari tahun sebelumnya Rp 1,22 triliun. Meskipun, angka ini masih lebih baik dibandingkan kondisi pada 2015 dan 2016 yang merugi masing-masing Rp 536,74 miliar dan Rp 1,2 triliun.

Halaman: