Mbah Moen, Ulama Pemersatu Bangsa yang Diperebutkan Jokowi dan Prabowo

ANTARA FOTO/ARSIP/Widodo S. Jusuf
Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Pimpinan Pondok Pesantren Al Anwar yang juga Ketua Majelis Syariah PPP KH Maimun Zubair (tengah) didampingi Wasekjen PDI Perjuangan Achmad Basarah (kanan) di Pondok Pesantren Al Anwar, Karangmangu, Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Minggu (4/5/2014). KH Maimun Zubair atau Mbah Moen wafat di Mekah pada Selasa (6/8/2019) saat sedang menjalankan ibadah haji.
Penulis: Hari Widowati
6/8/2019, 12.42 WIB

Kiai Haji Maimoen Zubair atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Moen wafat di Mekah, Arab Saudi, Selasa (6/8), pukul 08.17 waktu setempat. Pemimpin Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang tersebut tengah melaksanakan ibadah haji di tanah suci.

Kabar duka mengenai kepergiannya dikonfirmasi oleh Sekjen Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani. Arsul mendapat kabar tersebut dari Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin), putra dari Mbah Moen.

Ulama kelahiran Rembang, 28 Oktober 1928 tersebut sempat dirawat di rumah sakit An Noor, Mekah. Ini adalah ibadah haji Mbah Moen yang kesekian kalinya. Ia memang dikenal konsisten (istikamah) berhaji maupun melaksanakan ibadah wajib lainnya.

Banyak tokoh menyampaikan ucapan duka cita dan kehilangan atas wafatnya Mbah Moen. Mahfud MD melalui akun Twitter resminya mengunggah fotonya bersama Mbah Moen dalam sebuah acara pernikahan putri Dubes RI di Arab Saudi, Agus Maftuh di Yogyakarta pada 22 Juni 2019. Mahfud mengatakan, Mbah Moen sempat berbicara serius dan menggenggam erat tangannya.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti melalui akun Twitternya juga menyebut sosok Mbah Moen sebagai ulama besar dan tokoh pemersatu bangsa. "Mengenang kunjungan beliau ke Pangandaran membawa oleh-oleh, wejangan dan kegembiraan yang tidak mungkin saya lupakan. Sebuah kehormatan yang luar biasa untuk kesempatan mengenal beliau," kata Susi dalam unggahan fotonya bersama Mbah Moen.

Alissa Wahid, putri bungsu Presiden RI keempat Gus Dur, menyebut Mbah Moen tidak pernah melewatkan Haul Gus Dur di makam Tebuireng, kecuali saat ia merasa tidak sehat. Terakhir kali, Mbah Moen hadir dalam Haul Gus Dur pada Desember 2018 dan memberikan tausiyah. "Semoga Mbah dan Bapak dapat berkumpul nggih, Mbah. Pasti seru bercerita sejarah," kata Alissa seperti dikutip dari akun Twitter @AlissaWahid.

(Baca: Ulama NU Mbah Moen Meninggal Dunia di Makkah)

Ulama Pemersatu Bangsa

Mbah Moen merupakan putra dari Kiai Zubair, ulama dan murid dari Syaikh Said al-Yamani dan Syaikh Hasan al-Yamani al-Makky. Maimun ditempa dengan ilmu agama sejak kecil oleh orang tuanya kemudian ia dikirim ke Pesantren Lirboyo yang waktu itu dipimpin oleh Kiai Abdul Karim.

Mbah Moen juga belajar mengaji kepada Kiai Mahrus Ali dan Kiai Marzuki. Ketika berusia 21 tahun, ia dikirim untuk belajar ke Mekah. Guru-gurunya antara lain adalah Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syaikh al-Imam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi.

Ketika kembali ke Indonesia, Mbah Moen juga menimba ilmu dari beberapa ulama di Jawa, seperti Kiai Bisri Mustofa (Rembang), Kiai Muslih Mranggen (Demak), Kiai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), dan lain-lain. Ia juga menulis beberapa kitab, antara lain al-Ulama al-Mujaddidun. Setelah kembali ke Rembang, ia fokus membesarkan Pesantren al-Anwar Sarang.

Mbah Moen selain menjadi pemimpin pondok pesantren juga menjabat sebagai Ketua Majelis Syariah PPP. Sebelumnya, ia pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Rembang selama tujuh tahun.

Selepas menjadi anggota DPRD, Mbah Moen ingin fokus mengurus pesantrennya. Namun, tidak lama kemudian ia kembali mengemban tugas sebagai wakil rakyat di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Mbah Moen menjadi utusan dari Jawa Tengah dan bertugas selama tiga tahun di lembaga tertinggi negara itu.

Sosok Mbah Moen dikenal sebagai ulama yang sederhana dan dihormati banyak kalangan, dari masyarakat biasa hingga politisi, pejabat, dan kepala negara. Ia seringkali menyuarakan pentingnya toleransi. Ia berpesan agar masyarakat Indonesia hidup saling toleransi meskipun berbeda agama.

Kepada para muridnya, Mbah Moen juga berpesan agar dakwah disampaikan dengan cara yang damai. "Kalau dakwah jangan galak-galak," kata Mbah Moen dalam silaturahmi Forum Alumni Santri Sarang (FASS) Jabodetabek, seperti dikutip Islami.co pada 7 November 2017.

Menurutnya, dakwah hari ini berbeda dengan masa perang kemerdekaan di mana musuh rakyat adalah para penjajah. Oleh karena itu, para ulama perlu memilah dalil yang dipilih untuk memberikan motivasi kepada umat.

(Baca: Ma’ruf Amin, Profesor Ekonomi Syariah Pendamping Jokowi di Kursi RI 2)

Diperebutkan Jokowi dan Prabowo

Kedekatan Mbah Moen dengan para politisi juga sering terlihat di media massa, termasuk dengan Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto yang bersaing sebagai calon presiden dalam Pilpres 2014 dan Pilpres 2019. Pada Pilpres 2014, PPP merupakan anggota Koalisi Merah Putih yang mendukung Prabowo.

Mbah Moen sebagai ketua Majelis Syuro PPP pernah menasihati Sekjen PPP Romahurmuziy (Rommy) dan pemimpin PPP lainnya untuk tetap bertahan di koalisi tersebut setelah Ketua Umum PPP Suryadharma Ali dipecat. Dalam salah satu pertemuannya dengan Prabowo, Mbah Moen pernah berpesan agar Prabowo selalu membela rakyat.

Jokowi juga pernah sowan ke Mbah Moen menjelang Pilpres 2014. Kedatangannya disambut dengan marching band dari para santri Ponpes al-Anwar Sarang, Rembang. Ketika tiba waktu salat Asar, Mbah Moen mempersilakan Jokowi salat di kamarnya.

"Hanya Jokowi yang dipersilakan menggunakan kamar Mbah Moen," ujar Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Marwan Jafar, seperti dikutip Tribunnews.com. Tamu lainnya, seperti Ketua DPP Nasdem Effendi Choiri (Gus Choi) dan Marwan diberikan ruangan lain ketika menumpang salat.

Kisah kubu Jokowi dan Prabowo yang berebut pengaruh Mbah Moen berlanjut di Pilpres 2019. Keduanya sama-sama mengklaim mendapatkan dukungan dari Mbah Moen. Dalam Pilpres 2019, PPP berada dalam Koalisi Indonesia Kerja yang mengusung pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin.

Bahkan, belakangan beredar video Mbah Moen yang kemudian viral dengan sebutan "Doa yang Tertukar". Dalam video tersebut, Mbah Moen didaulat mendoakan Jokowi tetapi Mbah Moen justru menyebut nama Prabowo Subianto. Rommy, yang merupakan ketua umum PPP pada waktu itu, kemudian mengklarifikasi video tersebut dan mengatakan bahwa dukungan Mbah Moen ditujukan untuk Jokowi.

(Baca: Gantikan Rommy, Suharso Monoarfa Didapuk Jadi Plt Ketua Umum PPP)