Pertamina Mampu Tekan Impor Minyak Mentah, Impor BBM Masih Tinggi

Ilustrasi, logo Pertamina. Pertamina memangkas impor solar dan avtur tahun ini.
10/7/2019, 17.47 WIB

Secara keseluruhan. Pertamina menargetkan penjualan BBM tahun ini sebanyak 48,86 juta kilo liter dengan realisasi hingga Juni 2019 sebesar 25 juta kilo liter. Fajriyah pun berharap proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan Grass Root Refinery (GRR) dapat segera berjalan untuk menekan impor produk gasoline.

Di sisi lain, Direktur Eksekutif Energy Wacth Mamit Setiawan mengatakan, impor migas cukup tinggi karena konsumsi migas  terus naik. Sedangkan lifting dan penemuan cadangan migas belum menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Biarpun begitu, program pemerintah untuk menekan impor migas sebenarnya sudah berjalan. Seperti kebijakan penyerapan minyak mentah domestik yang membantu Pertamina mengurangi impor minyak mentah dan produk. Selain itu, kebijakan menggunakan FAME sebesar 30% juga membantu mengurangi impor migas.

(Baca: Sektor Migas Defisit, Kapasitas Pengolahan Energi Perlu Ditingkatkan)

Dari data Kementerian ESDM, total impor minyak mentah, produk, dan LPG periode Januari hingga Mei 2019 (Year on Year) turun 24% dibandingkan 2018 sebesar US$ 9,6 Miliar menjadi US$ 7,3 Miliar. "Dengan penurunan ini saya melihat program yang digulirkan oleh pemerintah cukup berhasil. Bahkan saat ini Pertamina tidak lagi harus impor solar," kata Mamit kepada Katadata.co.id, Rabu (10/7).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca dagang periode Januari-Mei 2019 memang mengalami defisit sebesar US$ 2,14 miliar. Tapi angka tersebut lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu senilai US$ 8,7 miliar dolar.

Impor Januari-Mei 2019 juga turun 9,23% menjadi US$ 70,60 miliar dibanding tahun lalu. Ekspor periode Januari-Mei 2019 justru turun 8,61% dari periode sebelumnya menjadi US$ 68,46 miliar.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan