Edukasi bagi Desainer Grafis Bisa Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi

Bekraf.go.id
Ilustrasi desainer grafis. Badan Ekonomi Kretaif (Bekraf) memperkirakan industri ekonomi kreatif tumbuh 6,25% pada tahun lalu
Penulis: Michael Reily
16/5/2019, 14.22 WIB

Badan Ekonomi Kretaif (Bekraf) memperkirakan industri ekonomi kreatif tumbuh 6,25% pada tahun lalu. Pertumbuhan yang lebih tinggi ketimbang nasional itu semestinya menjadi peluang bagi desainer grafis untuk berkembang.  Namun, pelaku di industri ini masih menghadapi tantangan dalam hal menetapkan konsep.

Direktur Asosiasi Desain Grafis Indonesia (ADGI) Emir Hakim menyampaikan, perlu edukasi supaya desainer grafis bisa menciptakan produk berkualitas tinggi. Edukasi itu dimulai dari pencarian ide, rancangan, percetakan, hingga penyelesaian akhir desain.

Bila edukasi tersebut ditingkatkan, ia optimistis ide terkait desain grafis bisa lahir dari dalam negeri. "Selama ini kiblat desain selalu berasal dari luar negeri. Sekarang saatnya para desainer grafis Indonesia menunjukkan karyanya," kata Emir dalam keterangan resmi, Kamis (16/5).

(Baca: Pertumbuhan Desain Komunikasi Visual Pesat, Kontribusinya Masih Minim)

Dia juga optimistis, dukungan pemerintah, praktisi, dan dunia usaha terhadap para desainer grafis ini bisa meningkatkan pertumbuhan industri kreatif di Tanah Air. Sebab, industri desain komunikasi visual tumbuh 8,14% pada 2017. Namun, kontribusinya hanya 0,07% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif.

Jika pemerintah mendorong  industri desain komunikasi visual, maka kontribusinya terhadap  pertumbuhan ekonomi bakal meningkat. Sebab, ekonomi kreatif berkontribusi 7,44% terhadap perekonomian nasional pada 2016. "Perkembangan industri kreatif di Indonesia merupakan kesempatan yang baik bagi desainer grafis untuk berkembang," ujarnya.

Direktur PT Astra Graphia Tbk Mangara Pangaribuan menambahkan, industri ekonomi kreatif harus mendapat dukungan mulai dari Sumber Daya Manusia (SDM), teknologi, serta proses. "Peningkatan pemahaman mengenai proses cetak yang mudah dan hasil cetak yang presisi dapat meningkatkan nilai jual karya,” katanya.

(Baca: Proyeksi Ekonomi Kreatif 2019: Makin Membesar dan Kebal Krisis)

Berkaca dari kondisi tersebut, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengedukasi pelaku industri kecil dan menengah (IKM) nasional termasuk desain grafis untuk meningkatkan kualitas kemasan produk supaya mampu bersaing di pasar global. Kemenperin pun membentuk Klinik Pengembangan Desain Kemasan dan Merek sejak 2003. Gati mencatat ada 7.565 desain kemasan, 8.110 desain merek, dan bantuan dalam bentuk kemasan cetak telah tersalurkan kepada 411 IKM hingga 2018.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih menyampaikan, IKM harus memperhatikan kemasan karena berfungsi sebagai sarana promosi dan informasi produk. "Ini supaya bisa meningkatkan citra, daya jual dan daya saing produk,” ujar Gati.

Selain itu, menurutnya perlu ada peningkatan kompetensi dan penerapa standar produk bagi IKM supaya bisa menyasar pasar global seperti Amerika Serikat (AS), Kanada, Prancis, Jerman, Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok. "Tetapi, pemilihan bahan baku, proses produksi, sampai dengan pengemasan produk dan labeling harus dapat dipenuhi oleh para pelaku industri,” katanya.

(Baca: Kemenperin Dorong Pelaku Usaha IKM Tingkatkan Kualitas Kemasan Produk)

Reporter: Michael Reily