Bekraf Ungkap Keberhasilan Indonesia dalam London Book Fair

Katadata | Heri Susanto
Penulis: Michael Reily
Editor: Pingit Aria
26/3/2019, 18.10 WIB

Ricky menjelaskan pihak penerbit umumnya memerlukan waktu untuk membaca tuntas karya yang diminati untuk memastikan kelayakan pasarnya sebelum mengambil keputusan. Sebagai perbandingan, pada London Book Fair 2018, terjual 14 judul buku selama pameran dan 135 judul masuk dalam proses negosiasi.

Kedua, Indonesia bukan negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama. Terakhir, Indonesia adalah negara Asia Tenggara pertama yang mendapat kepercayaan sebagai negara fokus pasar di London Book Fair 2019.

Ketua Komite Buku Nasional Laura Bangun Prinsloo mengungkapkan kerja keras malah terjadi pascapameran. “Panitia harus mampu mendapatkan kontrak atas negosiasi yang sudah didapatkan saat pameran,” ujar Laura yang juga menjadi Ketua Harian Panitia Pelaksana Kegiatan Indonesia Market Focus Country untuk London Book Fair 2019.

(Baca: Pesona Indonesia di London Book Fair 2019)

Direktur London Book Fair 2019 Jacks Thomas mengakui Indonesia menarik perhatian karena program kebudayaan yang menampilkan keragaman. Apalagi, tema 17.000 Islands ditampilkan tak hanya melalui buku, tetapi juga kuliner, fashion, dan sektor lain.

Halaman:
Reporter: Michael Reily