Luhut Bela Jokowi dan Sri Mulyani soal Isu Anti-Islam dan Utang

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan pidatonya di acara Indonesia Economic Day 2019, di Hotel Mulia, Jakarta (31/1).
31/1/2019, 15.39 WIB

Isu agama dan ekonomi kerap menjadi komoditas politik menjelang Pilpres 2019. Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) selaku petahana pun tidak lepas dari gelombang kritik dan kampanye negatif yang dilancarkan kubu pesaingnya, termasuk soal isu anti-Islam dan utang yang kian bertambah.

Di hadapan para investor dan pelaku pasar, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan membela Presiden Jokowi dan koleganya di kabinet, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dari berbagai tuduhan. "Itu sangat tidak fair, beliau (Jokowi) taat. Di tempat lain belum tentu lebih baik sembahyangnya," kata Luhut dalam pidatonya di acara Indonesia Economic Day 2019 yang digelar DBS dan Katadata, di Jakarta, Kamis (31/1).

Luhut juga menyangkal isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang marak beredar saat ini. Mantan komandan Kopassus itu mengatakan, ia ikut menumpas gerakan PKI di masa lalu. Meski demikian, pemerintah sulit melarang masyarakat yang memilih ideologi tertentu. "Tapi kalau kami kasih yang baik-baik, akan mati juga ideologi itu," kata dia.

(Baca: Utang Kembali Ramai Dibahas, Sri Mulyani: Banyak Orang Belum Paham)

Ia juga membela Sri Mulyani dari tuduhan Calon Presiden Prabowo Subianto yang menyebut menteri keuangan sebagai menteri pencetak utang dalam pidatonya di Padepokan Pencak Silat Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), pekan lalu. Menurutnya, utang hanya digunakan pemerintah untuk kebutuhan produktif saja dan dapat dipertanggungjawabkan. Bahkan dengan keras dia membalas tuduhan kepada Sri Mulyani tersebut. "Bilang (menuduh) menteri utang, neneknya menteri utang!" ujar Luhut.

Luhut meminta fitnah dan kebohongan (hoaks) dijauhkan dari upaya memenangkan kontestasi politik. Di sisi lain, pemerintah akan menyediakan data dan fakta-fakta yang benar untuk menjawab isu-isu miring.

Ia menilai, pemimpin yang kerap berbohong juga menjadi contoh yang buruk bagi anak muda. "Menggunakan fitnah dan (isu) agama untuk menang itu tidak bagus," kata Luhut.

Apalagi dia mengenal pihak yang disindirnya itu dengan baik, lengkap dengan segala hal yang dia disebut tipu dayanya. Oleh sebab itu, mantan Kepala Staf Presiden tersebut meminta pihak-pihak yang dimaksud tidak terus-menerus berbohong. "Saya kenal tipu-tipu, (jurus) kung-fu nya. Tidak usah main-main lah," kata dia.

Bahkan, ia kerap menantang pihak yang berseberangan untuk datang kepadanya agar meluruskan fakta. Namun, tidak ada yang berani datang. Lebih lanjut, Luhut mengimbau agar seluruh komponen bangsa kompak bekerja sama untuk membangun Indonesia.

(Baca: Disebut Prabowo Sebagai Pencetak Utang, Kemenkeu Ungkapkan Kekecewaan)

Reporter: Ameidyo Daud Nasution