Mesin beberapa partai dalam Koalisi Indonesia Kerja dinilai belum optimal mengarahkan pendukungnya untuk memilih pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Pasalnya, pendukung beberapa partai tersebut diduga masih ada yang terbelah dukungannya kepada pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Berdasarkan hasil survei Charta Politika, pendukung Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang memilih Jokowi-Ma'ruf hanya sebesar 52,9 persen. Sebanyak 41,2 persen pendukung PPP memilih Prabowo-Sandiaga. 5,9 persen pendukung PPP lainnya tidak menjawab.
Pendukung Golkar yang memilih Jokowi-Ma'ruf hanya sebesar 55,56 persen. Sementara, 28,3 persen pendukung Golkar memilih Prabowo-Sandiaga. Sebanyak 16,1 persen pendukung Golkar lainnya tidak menjawab.
Pendukung Perindo yang memilih Jokowi-Ma'ruf sebesar 63 persen. 14,8 persen pendukung Perindo memilih Prabowo-Sandiaga. Pendukung Perindo yang tidak menjawab sebesar 22,2 persen.
Pendukung Hanura yang memilih Jokowi-Ma'ruf hanya 25 persen. Sebanyak 66,7 persen memilih mendukung Prabowo-Sandiaga. Ada pun, 8,3 persen pendukung Hanura tidak menjawab.
(Baca: Kedua Capres Dinilai Miliki Rekam Jejak Buruk Soal Kasus HAM)
"Mesin partai memang masih jadi pekerjaan rumah (PR). Tidak serta-merta 100 persen dari seluruh pemilih partai pendukung itu ikut mendukung presidennya," kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya di kantornya, Jakarta, Rabu (16/1).
Yunarto mengatakan, mesin partai yang bekerja cukup optimal menggerakkan pendukungnya memilih Jokowi-Ma'ruf, antara lain Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Solidaritas Indonesia (PSI), serta Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).
Jumlah pendukung PDIP yang memilih Jokowi-Ma'ruf sebesar 91,7 persen. Hanya enam persen pendukung PDIP yang memilih Prabowo-Sandiaga. Ada pun, 2,4 persen pendukung PDIP tidak menjawab.
Pendukung Nasdem yang memilih Jokowi-Ma'ruf sebesar 70,8 persen. 15,1 persen pendukung Nasdem memilih Prabowo-Sandiaga. Pendukung Nasdem yang tidak menjawab sebesar 14,2 persen.
Pendukung PKB yang memilih Jokowi-Ma'ruf sebanyak 70,4 persen. Sebanyak 16 persen memilih mendukung Prabowo-Sandiaga. Ada pun, 13,6 persen pendukung PKB tidak menjawab.
(Baca: Jelang Debat Pilpres, Jokowi Siapkan Data dan Program Sesuai Tema)
Sebanyak 73,3 persen pendukung PSI memilih Jokowi-Ma'ruf. Hanya 20 persen pendukung PSI yang memilih Prabowo-Sandiaga. Sebanyak 6,7 persen pendukung PSI tidak menjawab. Ada pun, seluruh pendukung PKPI memilih Jokowi-Ma'ruf.
Sementara, Yunarto menilai kerja mesin partai koalisi di kubu Prabowo-Sandiaga lebih baik. Ini terlihat dari jumlah pendukung Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Amanat Nasional (PAN) yang memilih Prabowo-Sandiaga rata-rata di atas 70 persen.
Pendukung Gerindra yang memilih Prabowo-Sandiaga sebesar 81,5 persen. Sebanyak 13,5 persen pendukung Gerindra memilih Jokowi-Ma'ruf. Ada lima persen pendukung Gerindra yang tidak menjawab.
Pendukung PKS yang memilih Prabowo-Sandiaga sebesar 71,1 persen. Sebanyak 13,3 persen pendukung PKS memilih Jokowi-Ma'ruf. Ada 15,7 persen pendukung PKS yang tidak menjawab.
(Baca: Bawaslu Menduga Ada Pelanggaran dalam Penyampaian Visi Misi Capres)
Sebanyak 71,2 persen pendukung PAN memilih Prabowo-Sandiaga. Hanya 23,1 persen pendukung PAN yang memilih Jokowi-Ma'ruf. Sebanyak 5,8 persen pendukung PAN tidak menjawab.
Ada pun, pendukung Demokrat yang memilih Prabowo-Sandiaga sebesar 64 persen. Sebanyak 24,7 persen pendukung Demokrat memilih Prabowo-Sandiaga. Sebesar 11,2 persen pendukung Demokrat tidak menjawab.
"Kubu Prabowo-Sandiaga lebih solid. Sayangnya memang dari sisi matematika politik, jumlah partai pendukung Prabowo-Sandiaga tidak besar," kata dia.
Charta Politika mengadakan survei pada 22 Desember 2018 - 2 Januari 2019 dengan melibatkan 2.000 responden. Survei dilakukan melalui pemilihan responden secara acak atau multistage random sampling. Tingkat kesalahan dalam survei ini +/- 2,19 % dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Kontrol kualitas dilakukan terhadap 20 persen sampel.