Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menyayangkan bertebarannya kabar bohong (hoaks) dan ujaran kebencian menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Menurut Megawati, hoaks dan ujaran kebencian saat ini menyebar lebih masif jika dibandingkan beberapa Pemilu sebelumnya.
"Kita ikut Pemilu sejak 1955 tapi baru sekarang ini rasanya banyak sekali hoaks dan ujaran kebencian demi kekuasaan," kata Megawati dalam acara Hari Ulang Tahun ke 46 PDIP di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Kamis (10/1).
Megawati pun mengaku heran mengapa hoaks dan ujaran kebencian itu banyak yang diarahkan kepada PDIP. Ia juga merasa dirinya dan PDIP kerap disudutkan oleh anak buah Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
Hal ini membuatnya bertanya-tanya apa yang sebenarnya dituju anak buah Prabowo dengan tindakan tersebut. Menurut Megawati, tindakan tersebut membuatnya pusing. "Aneh kan ya ketika anak buahnya selalu menampilkan hal-hal yang sepertinya menyudutkan kami," kata Megawati.
Padahal, Megawati mengaku tidak punya masalah dengan calon presiden nomor urut 02 itu. Dia merasa hubungannya harmonis dengan Prabowo. Bahkan, Megawati menyebut Prabowo kerap merindukan nasi goreng buatannya. Hal itu dia dengar dari salah satu orang dekat Prabowo.
Oleh karena itu, dia berharap agar curhatannya ini dapat didengar oleh Prabowo dan anak buahnya. Ini ditujukan agar tak ada lagi tindakan menyudutkan dirinya dan PDIP. "Ini mudah-mudahan terdengar oleh beliau dan anak buahnya," kata dia.
(Baca: Timses Prabowo Sebut Kedua Kubu di Pilpres 2019 Sebarkan Hoaks)
Literasi Digital
Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) sebelumnya menyebutkan kuantitas informasi bohong selama Pemilu 2019 tak sebanyak pada 2014. Hal ini berdasarkan pemantauan hoaks yang dilakukan Mafindo selama tiga bulan kampanye Pilpres 2019.
"Dari hal-hal yang kami hadapi sehari-hari, kelihatan menurun dibanding 2014," kata Ketua Komite Fact Checker Mafindo Aribowo Sasmito di Jakarta, Kamis (20/12).
Menurut Mafindo, hoaks baru yang terpantau dalam satu hari rata-rata hanya satu atau dua buah. Jenis hoaks lainnya merupakan reproduksi dari konten bohong yang dulu sudah pernah beredar.
Penurunan kuantitas hoaks pada Pemilu 2019 ini karena literasi digital dari masyarakat semakin meningkat. Pada 2014, Aribowo menilai masyarakat belum lama mengenal adanya media sosial.
Alhasil, mereka masih menggunakan media sosial sebebas-bebasnya. "2014 itu istilahnya liar banget," kata Aribowo. Selain itu, ide untuk memproduksi hoaks pada 2014 masih cukup banyak. Alhasil, narasi hoaks yang dihasilkan pun menjadi beragam.
(Baca: Timses Prabowo-Sandi Bantah Kenal Tersangka Pembuat Hoaks Surat Suara)