Bank Indonesia (BI) menargetkan sedikitnya 125 ribu pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memasarkan produk melalui platform digital alias go online pada tahun 2024. Produk fesyen, kuliner, dan kerajinan tangan atau kriya termasuk yang paling propesktif.
"Program UMKM Go Online dari BI tidak hanya melakukan kurasi tetapi juga pembinaan dan engagement. Untuk pasar domestik, produk yang potensial itu kriya, kuliner, dan fesyen," kata Miftahul Khoiri, Perwakilan Divisi Teknologi Finansial BI kepada Katadata.co.id usai diskusi Pasar Inspirasi, di Jakarta, Jumat (7/12) malam.
Program UMKM Go Online yang dijalankan bank sentral tidak mengkhususkan bisnis di bidang tertentu saja. Bank Indonesia mengaku berupaya menjangkau semua sektor usaha mikro, kecil, dan menengah, semisal kuliner, pariwisata, bahkan pertanian.
(Baca juga: Bidik Milenial, Klen and Kind Andalkan Pemasaran dan Transaksi Digital)
Miftahul menyatakan, target 125 ribu UMKM Go Online pada 2024 tidak hanya mengakomodir pelaku usaha yang dibina BI di berbagai daerah. Program ini menjangkau semua UMKM termasuk mereka yang menjadi binaan pemerintah daerah.
Bank sentral mengaku bakal menjembatani para UMKM agar masuk marketplace domestik bahkan global. "Kami masukkan mereka ke marketplace, seperti e-commerce maupun seperti Gofood, serta marketplace global. Kami dorong agar mereka bisa ekspor," ucap Miftahul.
Dia menyebutkan terdapat marketplace yang fokus mengakomodir aneka produk kreatif dari UMKM lokal, yaitu Qlapa. E-commerce lain, semisal Tokopedia dan Bukalapak, juga memberikan kesempatan UMKM untuk memperluas jangkauan pemasarannya.
"Fokus BI ke depan dengan mendorong UMKM Go Online ini untuk mengikis defisit neraca berjalan. Konsentrasi kami itu menguatkan nilai tukar rupiah. Kami tak bisa larang produk impor masuk, tetapi kita bisa sediakan alternatif produk lokalnya untuk subtitusi," kata Miftahul.
(Baca juga: Inovasi, Ekspansi, dan Hitungan Bisnis Kuliner ala Blendi Moys)
Sementara itu, Pendiri Nengiren Irene Saputra menyatakan, aspek penting yang perlu diingat pelaku UMKM sepertinya ialah jeli melihat momen. Pasalnya, tidak kesempatan tepat untuk memasarkan barang secara hard selling.
"Bagi saya agar memikat hati orang itu dimulai dengan berkarya secara jujur. Kalau akan ada yang tertarik ya secara organik saja, merekalah yang akan loyal kepada brand kita. Memang ada proses untuk bisa membangun emosi dengan audiens," kata dia.
Jenama Nengiren berawal dari hobi menggambar yang dilakoni Irene selama beberapa tahun. Pada 2011 barulah dia mulai menuangkan karyanya ke dalam desain produk, seperti tas, pakaian, dan aksesori. (Baca juga: Empat Aspek yang Harus Ada Dalam Rencana Bisnis)