Pertamina Tanggung Utang Rp 522 Triliun, Laba Bersih Cuma Rp 5 Triliun

Katadata | Arief Kamaludin
Penulis: Ihya Ulum Aldin
5/12/2018, 10.26 WIB

Pihak Pertamina sendiri tidak membantah kalau laba tahun 2018 akan turun signifikan, walaupun laba tahun ini ditargetkan sama dengan realisasi tahun 2017. "Tentunya berkurang, tapi kami masih akan membukukan laba sampai akhir tahun," kata Direktur Keuangan Pertamina Pahala N. Mansury beberapa waktu lalu.

Laporan Fitch Rating menyebutkan beban keuangan Pertamina akan bertambah berat karena harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar dan Premium tidak naik. Bahkan, peringkat utang perusahaan pelat merah itu terancam turun.

Berdasarkan publikasi Fitch Rating, EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisas Pertamina sepanjang tahun 2018 akan turun di bawah US$ 6 miliar. Padahal, tahun 2017 bisa mencapai US$ 6,9 miliar.

Penurunan itu karena pemerintah menahan harga solar dan premium di saat harga minyak terus meningkat. Alhasil, Pertamina harus menanggung beban selisih harga keekonomian yang dijual ke masyarakat.

Penambahan subsidi Solar menjadi Rp 2.000 per liter dari Rp500 per liter itu pun tidak membantu signifikan. Namun, harga Solar dan Premium yang dijual Pertamina ditambah subisidi itu masih di bawah harga pasar sekitar 60% -75%.

Bahkan, pemerintah masih harus membayar dana talangan Pertamina. Tahun 2017, dana yang harus dibayarkan pemerintah sekitar US$ 2 miliar. Semester I tahun 2018 sekitar US$ 1,2 miliar. Angka itu akan naik lagi di semester II tahun 2018 mengingat harga minyak dunia meningkat.

(Baca: Disorot Fitch, Pertamina Akui Laba Bersih Tahun Ini Turun)

Halaman: