Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam) Wiranto bersedia menemui delegasi Aksi Bela Tauhid jilid II di kantornya, Jakarta, Jumat (2/11). Usai pertemuan, Wiranto menyatakan akan menyampaikan tuntutan delegasi kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Wiranto mengatakan pemerintah akan berhati-hati menghadapi masalah pembakaran bendera bertuliskan tauhid. Dia mengatakan akan menginisiasi pertemuan antarormas Islam dengan pemerintah.
"Apakah Menteri Agama (Lukman Hakim Saifuddin), nanti polisi, Menkumham (Yasonna H Laoly) dan sebagainya, termasuk juga tentunya saya akan ajak ormas lain untuk ikut bicara masalah ini," kata Wiranto.
(Baca: Wiranto Anggap Demonstrasi Bela Tauhid Sudah Tak Relevan)
Wiranto menilai persoalan pembakaran bendera bertuliskan tauhid tak bisa diselesaikan secara sepihak. Menurutnya, tak boleh ada satu kelompok yang merasa benar lantas menjustifikasi pembakaran bendera tersebut.
"Umat Islam diwakili pimpinan ormas saya fasilitasi dan kami bincangkan untuk bahas hal yang belum ketemu," kata Wiranto.
Wiranto pun menilai polemik pembakaran bendera bertuliskan tauhid tak perlu dibesar-besarkan. Polemik tersebut, lanjutnya, perlu dibahas dengan kekeluargaan dan bertanggung jawab.
Alhasil, perdamaian antarumat Islam dapat terawat dengan baik. "Kami sama-sama bersikap ini jangan sampai menyebabkan tidak akur. Jangan sampai merugikan bangsa," kata Wiranto.
(Baca: Aksi Bela Tauhid Tuntut Pemerintah Adili Ketua GP Ansor)
Sebelumnya, terdapat sepuluh delegasi dari Aksi Bela Tauhid jilid II yang menemui Wiranto di kantornya, Jakarta. Sepuluh delegasi tersebut, yakni Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Al Khaththath, Ketua Umum Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Maarif, Wakil Ketua PA 212 Asep Syarifuddin, Hanif Alatas, Nurdiyati.
Kemudian, juru bicara Aksi Bela Tauhid jilid II Awit Masyhuri, Eggi Sudjana, Abah Raud, Nasir Zein, dan Maman S. Awit mengatakan para delegasi menyampaikan lima tuntutan kepada pemerintah dalam pertemuan.
Pertama, menuntut pemerintah membuat pernyataan resmi bahwa bendera bertuliskan tauhid bukan bendera ormas apa pun. "Sehingga tidak boleh dinistakan oleh siapa pun," kata Awit.
Kemudian, menuntut kepada pemerintah untuk memproses hukum semua pihak yang terlibat dalam pembakaran bendera bertuliskan tauhid. Proses tersebut harus dilakukan terhadap para pelaku maupun aktor intelektual.
Awit pun mengimbau umat Islam Indonesia menjaga persatuan dan kesatuan. Umat Islam juga tidak boleh mudah diadu domba oleh pihak mana pun.
Lantas, Awit mengimbau masyarakat menghormati simbol-simbol agama dan menjaga kebinekaan. "Sehingga tidak ada lagi persekusi atau penolakan terhadap pemuka agama dan aktivis di wilayah NKRI," kata Awit.
Lebih lanjut, Awit mewajibkan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta maaf kepada umat Islam atas pembakaran bendera bertuliskan tauhid. Awit pun meminta PBNU dibersihkan dari liberalisme dan paham sesat lainnya karena menjadi rumah besar Aswaja.
Massa Aksi Bela Tauhid jilid II hari ini melakukan demonstrasi di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta. Massa aksi diperkirakan mencapai 6000 orang.
Berdasarkan pantauan Katadata.co.id, massa yang berasal dari berbagai organisasi masyarakat tersebut mengenakan pakaian hitam dan putih. Mereka membawa ratusan bendera dengan tulisan tauhid.
Tak hanya itu, mereka juga menyerukan kalimat tauhid dan takbir selama aksi unjuk rasa. Mereka pun menyanyikan yel-yel selama Aksi Bela Tauhid jilid II berlangsung.