Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan PT Pertamina telah mengajukan permohonan buka data atau open data room Blok Corridor. Blok ini terletak di daratan alias onshore di Sumatera Selatan.
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan permohonan tersebut sudah diterima oleh direktoratnya. Dengan pengajuan buka data, perusahaan migas pelat merah itu dinilai berminat untuk mengelola blok tersebut.
“Kalau gak salah sudah izin minta buka data,” kata Djoko di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (3/8). Namun dia belum mengetahui apakah permintaaan itu sudah disetujui. “Lupa saya.” (Baca juga: Nasib 18 Blok Migas Habis Kontrak 2020-2026 Diputuskan Tahun Ini).
Blok Corridor saat ini dikelola oleh ConocoPhilips. Perusahaan asal Amerika Serikat itu mulai mengelola blok tersebut sejak 2002 setelah mengakuisisi Gulf Resources. Di blok tersebut, ConocoPhilips memiliki hak kelola 54 % dan menjadi operator. Selain itu, ada porsi PT Pertamina sebesar 10 % dan Repsol Energy 36 %.
Kepemilikan hak kelola Repsol Energy awalnya tidak sebesar itu. Namun setelah membeli hak kelola Talisman Energy Inc senilai US $ 8,3 miliar, perusahaan asal Spanyol itu kini memiliki 36 % dari blok tersebut.
(Baca pula: Pemerintah Ajukan Syarat Perpanjang Kontrak Blok yang Sudah 50 Tahun).
Kinerja Blok Corridor salah satunya ditopang dengan beroperasinya fasilitas produksi Sumpal Compression Project pada Mei 2017 lalu. Fasilitas itu membuat produksi gas di Blok Corridor meningkat menjadi 310 mmscfd, dari sebelumnya. Adapun hingga Desember 2017 lalu, produksi migas blok ini secara rata-rata mencapai 170.063 barel setara minyak per hari (boepd).
Kontrak blok tersebut berlaku sejak 17 November 1983 dan akan berakhir pada 20 Desember 2023. Ada beberapa lapangan yang beroperasi di blok ini yakni Suban, Sumpal, Dayung, Gelam, Letang, Rawa(Gas), Puyuh, Supat, RebonJaro, Keban, Suban Baru, dan Dangku (minyak). Luas wilayah kerja blok Corridor mencapai 2.360 km persegi.