Partai Gerindra telah mengerucutkan tiga nama yang bakal menjadi calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto di Pilpres 2019. Ketiga sosok itu yakni Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri, dan Ustaz Abdul Somad.
Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria mengatakan AHY dan Salim merupakan nama yang muncul dari partai politik koalisi pengusung Prabowo. Sementara Abdul Somad hasil nama dari kalangan non-partai politik dan hasil rekomendasi pertemuan Ijtimak Ulama yang berlangsung pekan lalu.
Dari tiga nama tersebut, Riza mengatakan AHY sebagai tokoh yang paling diunggulkan karena elektabilitasnya paling tinggi di antara dua kandidat lainnya. "AHY paling kuat berdasarkan elektabilitas beberapa survei," kata Riza dihubungi Katadata.co.id, Kamis (2/8).
(Baca juga: Demokrat Klaim Jadi Penentu Kemenangan Prabowo dalam Pilpres 2019)
Riza mengatakan para partai koalisi masih akan berembuk menentukan cawapres yang tepat untuk mendampingi Prabowo. "Setiap hari kami melakukan pertemuan-pertemuan terus membahas mengenai ini," kata Riza.
Masuknya AHY sebagai bakal cawapres, kata Riza, merupakan usulan yang diajukan oleh Demokrat. Demikian juga munculnya nama Salim, hasil seleksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dari sembilan nama yang pernah diajukan ke Gerindra.
(Baca juga: PKS dan Demokrat Sepakat Prabowo Akan Tentukan Cawapres)
Ketua DPP Demokrat Jansen Sitindaon menyambut baik masuknya AHY dalam bursa cawapres mendampingi Prabowo. Jansen mengatakan, Demokrat sepenuhnya menyerahkan keputusan cawapres kepada Prabowo.
"Kami bersyukur bila AHY menjadi kandidat yang terkuat, tapi kami serahkan sepenuhnya keputusan ini kepada Prabowo," kata Jansen.
Dia mengatakan, yang terpenting dalam koalisi kesamaan visi dan misi antar partai politik. "Setelah visi dan misi cocok tinggal dicarikan siapa orang yang mampu mengemban pemerintahan dengan visi dan misi itu," kata Jansen.
Anies dan Zulkifli Hasan keluar kotak
Dengan mengerucutnya tiga nama cawapres, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan keluar dari dari daftar kandidat pendamping Prabowo. Sebelumnya Anies, Zulkifli dan eks Gubernur Jawa Barat sekaligus politisi PKS Ahmad Heryawan masuk daftar lima orang bakal cawapres Prabowo.
Riza mengatakan, selama ini Partai Amanat Nasional (PAN), tak pernah memaksakan ketua umumnya Zulkifli sebagai kandidat cawapres. "Mereka tak memasang harga mati untuk cawapres, tapi kami akan dengarkan lebih lanjut kebutuhan PAN," kata Riza.
PAN akan menentukan sikap resminya di Pilpres 2019 saat Rapat Kerja Nasional pada 4-5 Agustus besok. Riza yakin, meski elite PAN tak menjadi cawapres Prabowo, partai tersebut tetap akan memberikan dukungannya.
Adapun mengenai peluang Anies, kata Riza, masih tergantung perkembangan lebih lanjut. Riza enggan menyatakan Anies yang memiliki elektabilitas tinggi mendampingi Prabowo ini, peluangnya telah tertutup sebagai cawapres Prabowo.
Anies seperti halnya Abdul Somad merupakan dua tokoh yang tak mendapat dukungan dari partai politik secara resmi. "Nanti tergantung bagaimana dukungan kepada mereka," kata dia.
Salah seorang politisi yang terlibat dalam koalisi pengusung Prabowo mengatakan peluang Anies sangat tipis maju sebagai cawapres Prabowo. Alasannya, Anies hingga kini tak mendapat tiket dari partai politik.
"Saat ini yang terpenting untuk koalisi pengusung Prabowo adalah dukungan parpol untuk mencapai syarat presidential threshold 20%," kata dia.
Selain itu, partai politik meragu mengusung Anies, karena Jusuf Kalla (JK) masih berminat maju sebagai cawapres Joko Widodo. JK dan Anies dinilai memiliki hubungan patron-klien sejak pemilihan Gubernur DKI Jakarta. JK merupakan sosok yang mengusung dan membantu Anies meraih kursi gubernur.
"Anies pun sungkan maju Pilpres karena JK masih mengejar kursi wapres," kata politisi tersebut. (Baca juga: JK Minta MK Putuskan Gugatan Jabatan Cawapres saat Pendaftaran Pilpres)