Serapan Biodiesel Capai 2,5 Juta KL, Tertinggi Sepanjang Sejarah

Arief Kamaludin | Katadata
Penulis: Miftah Ardhian
25/11/2016, 19.03 WIB

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi serapan biodiesel sepanjang awal tahun hingga 22 November 2016 mencapai 2,52 juta kiloliter (KL). Angka ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah penggunaan biodiesel di Tanah Air.

"Ini naik, tertinggi. Selama sejarah kita baru kali ini sampai 2,52 juta KL," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdina dalam acara temu media di Kantor Ditjen EBTKE, Jakarta, Jumat (25/11).

Meski tercatat serapan paling tinggi, volume biodiesel ini masih 87 persen dari target tahun ini. Namun, realisasinya dalam 10 bulan sudah jauh melampaui tahun-tahun sebelumnya. Pada 2014, serapan biodiesel baru mencapai 1,9 juta KL. Kemudian anjlok pada tahun lalu yang hanya 480 ribu KL.

Dadan menjelaskan dari volume tersebut, lebih banyak diserap untuk bahan bakar minyak (BBM) solar bersubsidi (PSO), dengan porsi mencapai 90 persen. Sedangkan penggunaan untuk solar nonsubsidi hanya 10 persen.

Sebenarnya realisasi serapan biodiesel masih bisa lebih tinggi lagi. Dadan mengatakan kejadian tercampurnya biodiesel dengan air di Plumpang, beberapa waktu lalu memang berdampak pada penyerapan bahan bakar nabati ini. Terdapat sekitar 5 ribu KL Biodiesel yang terdampak kejadian tersebut.

Meski begitu, Kementerian ESDM masih optimistis penyerapan biodiesel hingga akhir tahun ini bisa mencapai target 2,8 juta-2,9 juta KL, atau sekitar 95 persen dari target. "Kami akan lompat lagi, sekarang 2,5 juta ujung-ujungnya 2,8-2,9 juta KL. Ditambah kejadian plumpang dua minggu terjadi seperti itu," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan pihaknya akan mengupayakan agar terminal bahan bakar di Plumpang bisa berproduksi dalam waktu dekat. Saat ini penyelidikan polisi ini sudah mengerucut dan siap memberikan kesimpulan. Namun, Rida mengaku, tidak bisa membocorkan penyelidikan polisi tersebut.

Dengan beroperasinya terminal tersebut, serapan biodiesel akan kembali digenjot. Dia pun telah meminta PT Pertamina (Persero), penyalur, dan transporter, untuk meningkatkan pengawasan akan kualitas biodiesel. Pertamina harus melakukan pengecekan ulang sebelum produk ini didistribusikan ke konsumen.

"Pertamina sudah berkomitmen menyalurkan kembali, sejauh police line dicabut," ujar Rida.

Sekadar informasi, dengan realisasi serapan biodiesel sebesar 2,9 juta KL tahun ini akan menghemat devisa dari impor solar sampai dengan Rp 8,05 triliun. Selain itu, bisa membuat penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dapat mencapai 2,91 juta ton CO2e. (Baca: Impor Solar dan Premium Berkurang, Pertamina Hemat Rp 1,7 T per Bulan)