Pasokan Minyak Kilang Tuban Tak Hanya dari Rosneft

Arief Kamaludin | Katadata
Penulis: Miftah Ardhian
6/10/2016, 11.58 WIB

PT Pertamina baru saja menandatangani pembentukan perusahaan patungan atau joint venture dengan Rosneft. Dalam perjanjian tersebut, Pertamina dan perusahaan minyak dan gas bumi asal Rusia tersebut akan bekerja sama dalam membangun Kilang Tuban. Dari kongsi ini, Pertamina diberikan kesempatan untuk mengelola ladang migas di Rusia. 

Direktur Pengolahan Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan walaupun joint venture dilakukan dengan Rosneft, tidak menutup kemungkinan pasokan minyak mentah ke Kilang Tuban berasal bukan hanya dari Rosneft atau Rusia. Negara lain berpeluang mensuplai asal memberikan keuntungan.

“Kami buka kesempatan selain minyak dari Rusia, minyak-minyak dari internasional. Yang penting, optimum margin harus sampai,” kata Hardadi usai rapat kerja dengan Komisi Energi DPR di, Jakarta, Rabu, 5 Oktober 2016. (Baca: Rosneft Peroleh Kepemilikan  45 Persen di Kilang Tuban).

Menurut dia, setelah ditandatangani kesepakatan pembentukan perusahaan patungan, kedua perusahaan akan melakukan studi kelayakan sampai Februari 2017. Bila semua data menunjukkan baik, berlanjut ke basic engineerig design lalu front end engineering design.

Di situ ada final investment desicion. Jadi state gate untuk itu go atau tidak go. Hati-hati sekali. Tadi malam nego ini sampai pagi jam lima,” ujar Hardadi.

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Dwi Sutjipto mengatakan penandatanganan joint venture pembangunan Kilang Tuban merupakan tindak lanjut dari nota kesepahaman (MOU) yang sudah dibentuk.

Walau begitu, dia membenarkan ada beberapa hal yang masih tertunda. “Tentu melihat bagaimana hasil bankable feasibility studyi  (BSF)-nya. Masalah pricing dan sebagainya,” kata Dwi dalam kesempatan yang sama. (Baca:  Pertamina-Saudi Aramco Renegosiasi Pembangunan Tiga Kilang).

Dalam perusahaan patungan tersebut, kedua korporasi menyepakati komposisi saham masing-masing. Pertamina akan menguasai 55 persen dan Rosneft 45 persen. Namun Dwi belum menjelaskan detail investasi yang dibutuhkan. Awalnya, total investasi pembangunan Kilang Tuban diperkirakan US$ 13 miliar. Saat ini kedua perusahaan tengah fokus menyelesaikan studi kelayakan pendanaan bank (BFS). 

Selain itu, dalam perjanjian tersebut, Pertamina dan Rosneft juga menyepakati agar Pertamina dapat mengelola sedikitnya dua blok migas yang ada di Rusia. Dengan demikian, Dwi mengharapkan, produksi dari kedua blok tersebut dapat menambah produksi minyak Pertamina sebanyak 35.000 barel per hari.

Meski demikian, Dwi belum bisa menjelaskan nilai investasi yang akan dikeluarkan oleh Pertamina untuk menguasai dua blok migas di Rusia tersebut. Yang jelas, Pertamina akan menerima kuasa pengelolaan yang telah berproduksi, bukan masih dalam tahap eksplorasi. (Baca: Pemerintah Tagih Janji Investasi Kilang dan Listrik ke Raja Arab).