Menteri Energi dan Sumber Daya Energi (ESDM) Arcandra Tahar melihat era minyak dan gas bumi saat ini sudah berubah. Karena itu, sebagai menteri yang baru dilantik, revisi Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi (RUU Migas) menjadi salah satu fokus perhatiannya.

Dalam acara serah terima jabatan dari Sudirman Said di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (27/7) sore, Arcandra mengatakan UU Minyak dan Gas Bumi Nomor 22 tahun 2001 memang perlu diperbaiki. Alasannya, tantangan yang dihadapi sekarang berbeda dengan kondisi dan asumsi yang dipakai sewaktu beleid itu dibuat. (Baca: Fungsi SKK Migas Berpeluang Kembali ke Pertamina)

Menurut Arcandra, UU migas yang baru harus bisa menjawab kondisi migas saat ini. Sebab, era ladang minyak besar dengan kondisi geologi mudah dan ditunjang dengan ketersediaan infrastruktur yang memadai, sekarang sudah berlalu.

Saat ini adalah era lapangan marjinal, lepas pantai termasuk laut dalam, tight dan shale oil dan gas, serta Enhanced Oil Recovery. “Era baru ini diperparah oleh lokasi yang terpencil dan infrastruktur yang minim,” kata dia.

Selain itu, Indonesia sekarang menghadapi tantangan produksi yang terus menurun dan rasio pengembalian cadangan yang sangat rendah. Tapi, pemerintah tidak boleh berpangku tangan menghadapi kondisi itu.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama, membuat proses bisnis yang lebih efisien, transparan dan terukur. Kedua, sumber daya manusia yang kompeten yang ditunjang dengan skill, pengetahuan dan pengalaman.

Ketiga, memanfaatkan teknologi yang tepat guna dan tepat sasaran. “Amerika Serikat bisa menaikkan produksi minyaknya sebanyak dua kali lipat dalam waktu tujuh tahun dengan bantuan teknologi dan ditunjang bisnis proses dan sumber daya manusia yang kompeten,” ujar dia.

Pemerintah juga akan menghapus beberapa peraturan yang tidak sejalan dengan upaya membangun kedaulatan energi. Menurut dia, regulator sebaiknya dapat berlaku sebagai mitra dari pelaku bisnis. Jadi, regulator tidak dianggap sebagai sumber masalah ataupun raja dari sebuah proses bisnis. (Baca: Asosiasi Migas Usul Kerugian Negara Dihapus dari Aturan Cost Recovery)

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi menyambut baik perhatian dari Menteri ESDM Yang baru. Apalagi, penggunaan teknologi dan pengembangan sumber daya manusia memang sangat penting untuk meningkatkan produksi. “Kalau dimaksimalkan, produksi naik,” ujar dia.

Amien berharap di tangan Arcandra, proyek migas yang stategis bisa berjalan. Seperti Indonesia Deepwater Development yang dikelola Chevron Indonesia, Blok Masela oleh Inpex Corporation - Shell, proyek Jangkri oleh ENI.

Sementara itu, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM I.G.N. Wiratmaja Puja juga mengatakan, fokus Menteri ESDM di hulu migas. Apalagi dengan proyek migas yang ada di laut dalam. Mengingat potensi yang ada di laut dalam masih sangat besar.

Tapi, sampai saat ini potensi ini kurang memiliki daya tarik karena biaya mahal dan tingkat kesulitan yang tinggi. “Menteri ESDM mengerti tentang itu karena bidang beliau, sehingga diharapkan investasi laut dalam atraktif,” ujar dia. (Baca: Blok Migas Laut Dalam Akan Dapat Insentif Tahun Depan)

Vice President Corporate Communication HR and Finance Total E&P I Indonesia Arividya Noviyanto juga mengharapkan Menteri ESDM yang baru ini bisa membuat investasi hulu migas makin baik. “Jadi investor juga punya kepastian di industri ini,” kata dia.