Disiarkan secara langsung, Presiden Joko Widodo mengumumkan perombakan Kabinet Kerja, siang ini. Ada sembilan wajah baru di jajaran pembantunya. Satu di antaranya yaitu Arcandra Tahar yang didapuk menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, menggantikan Sudirman Said.

Di kalangan pejabat negara, nama Candra belum begitu beredar. Namun sejumlah akademisi di sektor minyak dan gas cukup akrab dengan nama alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Teknik Mesin angkatan 1989 itu. (Lihat grafik: Menteri Baru Kabinet Jokowi-Kalla).

Setelah lulus dari ITB pada 1996, dengan beasiswa dari PT Timah, Candra melanjutkan pendidikan ke Texas A&M University. Di sana dia mengambil Master Degree Ocean Engineering dan kelar dua tahun kemudian. Dia meneruskan ke jenjang berikutnya di univesitas yang sama dan lulus pada 2001.

Kabar yang diperoleh Katadata menyebutkan Candra mulai bersentuhan dalam pengambilan kebijakan ketika pemerintah membahas pengembangan Blok Masela. Candra pernah mengusulkan skema pengembangan kilang di darat (onshore) untuk Blok Masela ke Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi I.G.N. Wiratmaja Puja dan Deputi I Kantor Staf Presiden Darmawan Prasodjo pada April 2015.

Darmawan merupakan teman satu almamater dengan Candra. Ia alumnus Texas A&M University. Di mana program strata satu yang diambil adalah Ilmu Komputer dan Teknik Industri, kemudian melanjutkan ke program master ilmu komputer dan bisnis. Program doktoral diraih pada 2011 di bidang Ekonomi  Sumberdaya Alam (Natural Resource Economics) pada universitas yang sama.

Meski mengusulkan onshore, sumber tersebut menyatakan Candra tidak pernah mau muncul dan dikonfrontasi dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas). Begitu pula bila diajak bertemu dengan operator Blok Masela, Inpex Corporation – Shell.

Sumber di istana dan pejabat migas lainnya menyatakan, Candra kemudian muncul ke permukaan ketika perseteruan antara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli dan Menteri Energi Sudirman Said makin meruncing. (Baca: Kemenko Maritim Anggap ESDM Ingin Bermain Sendiri di Blok Masela).

Dua menteri saling mempertahankan argumennya. Sudirman sepakat dengan rekomendasi SKK Migas yang memilih pembangunan kilang di laut (FLNG), sebagaimana usul Inpex, lantaran dinilai paling ekonomis. Di sisi lain, Rizal berkeras menolak dengan mengajukan skema kilang di darat (OLNG) sebagai pilihan terbaik karena dianggap memberi dampak berantai lebih baik.

Sekitar awal 2016, Candra akhirnya mempresentasikan pandangannya ke SKK Migas. Hal yang sama disampaikan ke Presiden Jokowi. Sumber Katadata menyebutkan akses utamanya menuju istana melalui Kantor Staf Presiden. Sumber lain menyatakan juga didorong oleh Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

Di hadapan Presiden, Candra membedah potensi Blok Masela. Ia memaparkan opsi kilang di laut (offshore) dan di darat (onshore). Dia pun membandingkan Masela dengan proyek serupa seperti lapangan gas di Arun, Bontang, dan Bintulu di Malaysia.

“Dengan paparan itu, Pak Lurah tertarik sekali,” katanya. Pak Lurah yang ia maksud adalah Presiden Joko Widodo. Pada 23 Maret lalu, Jokowi akhirnya memutuskan pengembangan Blok Masela menggunakan skema kilang di darat. (Baca: Jokowi Putuskan Skema Pengembangan Blok Masela di Darat).

Menurutnya, yang juga membuat Candra dipertimbangkan yakni menilik kiprahnya selama ini di sektor migas. Di dunia professional, Candra pernah berkarir sebagai Asisten Peneliti Offshore Technology Research Center pada 1997 - 2001. Di 2000, dia juga menjadi Technical Advisor Noble Denton. Setelah itu, pada 2001 hingga 2006, Candra menjadi Peneliti Technip Offshore.

Tak hanya itu, Candra juga pernah menjadi Hydronynamics Lead Floa Tec LLC selama setahun pada 2006, lalu Principal dan Presiden Asia Pasific AGR Deepwater Development System periode 2007 hingga 2009. Pada 2009 sampai 2013, dia berkarir di Principal Horton Wison Deepwater. Saat ini menjabat Presiden Petroneering sejak 2013.

Candra juga tercatat sebagai konsultan Pertamina Hulu Energi di Blok ONWJ. Pria berdarah Minang ini memiliki hak paten untuk teknologi McT (Multi Column TLP) Floating Platform yang rencananya akan digunakan di Lapangan L-Parigi. (Lihat pula: Sri Mulyani Masuk Kabinet, Bursa Saham dan Rupiah Menguat).

Seabrek pengalaman di sektor migas juga diperolehnya dalam Product Development, Wave Basin Model Testing, Offshore Field Measurement, Deepwater Platform Design andAnalysis, FPSO Analysis, dan Shallow Water Platform Design andAnalysis (Buoyant Tower). Selain itu, juga dalam Mooring Design and Analysis, Riser Design andAnalysis, Naval Architecture, Hydrodynamics, Software Development, AssetIntegrity Management, Wave Energy, Offshore Drilling.