Total E&P Indonesie sampai saat ini belum menentukan sikapnya di Blok Mahakam pasca berakhirnya masa kontrak pengelolaannya tahun 2017. Selaku operator baru blok minyak dan gas bumi di Kalimantan Timur itu, PT Pertamina (Persero) masih memberikan waktu kepada Total untuk menentukan sikapnya paling lambat Juni mendatang. Jika tidak ada keputusan maka Pertamina siap mengelola sendiri Blok Mahakam mulai 2018.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, sampai saat ini proses diskusi mengenai participating interest atau hak pengelolaan Blok Mahakam masih terus dibahas bersama dengan Total. “Diharapkan selesai sebelum akhir Juni 2016,” kata dia saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta, beberapa hari lalu. (Baca: Nilai Aset Blok Mahakam Tidak Sampai Rp 69 Triliun)
Untuk persiapan pengambilalihan pengelolaan Blok Mahakam setelah 2017, Pertamina juga sudah membentuk tim transisi. Tim yang bernama Tim Pengambilalihan Pengelolaan Mahakam (TPPM) ini nantinya akan memiliki beberapa tugas, mulai dari melengkapi data operasional Pertamina ketika mengelola Blok Mahakam, hingga menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
TPPM ini nantinya tidak hanya menyusun RKAP 2017 sampai 2018, tapi juga menentukan rencana kerja tiga tahunan Pertamina setelah pengambilalihan blok tersebut. Walaupun baru mengelola Blok Mahakam pada 2018, Dwi mengatakan, Pertamina akan membiayai investasi di blok itu mulai tahun depan. Tujuannya menjaga produksi Blok Mahakam tidak turun ketika dikelola oleh Pertamina.
Manajemen Pertamina sebelumnya memperkirakan total investasi untuk tiga tahun pertama mengelola Blok Mahakam sebesar US$ 75,3 juta. Rinciannya, pada tahun pertama kontrak US$ 1,3 juta, tahun kedua US$ 33,5 juta, dan tahun ketiga US$ 40,5 juta. Padahal, sebelumnya Pertamina pernah menyebut kebutuhan investasi Blok Mahakam sebesar US$ 2,5 miliar per tahun.
(Baca: Pertamina Akan Talangi Biaya Investasi 2017 Blok Mahakam)
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengaku sudah bertemu dengan manajemen Total pada dua pekan lalu. Ada dua hal yang disampaikan oleh perusahaan migas asal Perancis tersebut. Pertama, sebagai pengelola Blok Mahakam sampai 2017, Total akan tetap melakukan kewajibannya agar proses transisi berjalan lancar.
Hal kedua yang disampaikan Total adalah mengenai keikutsertaannya setelah kontrak berakhir. Sudirman mengatakan, Total ingin agar kewajiban untuk menjaga proses transisi tidak dikaitkan dengan keikutsertaan mengelola Blok Mahakam pasca 2017. Sampai saat ini, Total memang belum memutuskan apakah akan ikut mengelola atau hengkang dari blok yang sudah dikelolalnya selama 50 tahun itu. “Kami paham, keikutsertaan ke depan tidak mudah karena mereka juga banyak aktivitas,” kata dia saat berdiskusi dengan wartawan di Kementerian ESDM, Jumat (22/4) lalu.
Walaupun kontrak tersebut akan berakhir 31 Desember 2017, Pertamina dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sudah menandatangani kontrak bagi hasil atau production sharing contract (PSC) akhir tahun lalu. Dengan ditandatanganinya kontrak tersebut, Pertamina mendapatkan hak pengelolaan 100 persen Blok Mahakam. (Baca: Total Buka Peluang Hengkang dari Blok Mahakam)
Meski memiliki hak pengelolaan penuh terhadap blok tersebut, pemerintah juga mengizinkan Pertamina menggandeng Total dan Inpex Corporation sebagai mitra. Sebab, dua perusahaan migas ini sudah berpengalaman mengelola blok di Kalimantan Timur. Tapi, kepemilikan Total dan Inpex di Blok Mahakam dibatasi maksimal 30 persen saham.