KATADATA - Pemerintah Indonesia tampaknya serius menjajaki kerja sama dengan Iran. Selain akan memasok minyak mentah, negeri para mullah itu pun hendak mengirim elpijinya ke Indonesia. Sebab, harga yang mereka tawarkan tergolong murah.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said mengatakan sudah melakukan kesepakatan untuk mengimpor elpiji dari Iran melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) energi negara tersebut dengan harga diskon. “Lebih murah US$ 25 dari harga pasar,” kata Sudirman sebagaimana dikutip website resmi Kementerian Energi, Kamis, 10 Maret 2016. (Baca: PGN Kesulitan Kerjasama Gas dengan Iran).
Untuk Maret ini, harga elpiji jenis Propane menurut CP Aramco sebesar US$ 290 per metrik ton. Sementara jenis Butane senilai US$ 320 per metrik ton. Kedua harga ini menjadi acuan PT Pertamina untuk menentukan harga elpiji di dalam negeri. Sebab, elpiji yang dipakai di Indonesia merupakan campuran dari dua jenis gas tersebut.
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro berharap kerja sama tersebut dapat segera terealisasi. Hal ini mengingat Pertamina hanya bisa memproduksi rata-rata per Liquefied Petroleum Gas (LPG) Plant 50 sampai 70 ton per hari. Artinya, masih ada 42 persen elpiji yang diimpor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Sampai saat ini, kata Wianda, belum ada kepastian mengenai volume yang akan dipasok. Dari segi harga, PT Pertamina sebagai BUMN Indonesia juga sangat berharap harga yang ditawarkan Iran bisa lebih murah. “Pasti kami cari yang terbaik,” kata dia kepada Katadata, hari ini. (Baca: Pertamina Akan Pasok Kondensat ke Iran).
Selain elpiji, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I.G.N. Wiratmaja Puja menginginkan agar Iran membangun kilang di Indonesia, tepatnya di Situbondo, Jawa Timur. Sebagai informasi, pada 11 Februari 2014, perusahaan minyak Iran, Nakhle Barani Pardis telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan PT Kreasindo Indonesia. Ini merupakan kerja sama pembangunan kilang minyak berkapasitas 300 ribu barel di Indonesia senilai US$ 3 miliar. Iran akan memasok minyak mentah untuk kilang tersebut selama 20 tahun.
Salah satu perusahaan Iran, yakni Mapna, juga akan berinvestasi di Indonesia untuk membangun industri sektor kelistrikan. Mapna akan bekerjasama dengan dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni PT Pindad dan PT Dirgantara Indonesia. (Baca: Iran Berencana Bangun Kilang di Situbondo).
Tidak hanya dengan Iran, pemerintah memang sedang mendorong investasi sektor energi dari negara Timur Tengah. Tujuannya untuk meningkatkan ketahanan energi di Indonesia. Dengan Azerbaijan, pemerintah menjalin kerjasama untuk memperoleh minyak mentah sebesar satu juta barel per bulan dengan BUMN Azerbaijan, yakni Socar. Ada juga kerjasama dengan Kuwait dan Arab Saudi. Arab Saudi nantinya menyuplai minyak selama satu bulan jika Indonesia berhasil membangun tangki minyak.